JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkeinginan menyatukan anggota-anggota G20 meski terjadi perang antara Rusia dan Ukraina. Sebab perdamaian dan stabilitas adalah kunci bagi pemulihan dan pembangunan ekonomi dunia.
“Saya ingin menekankan bahwa Indonesia ingin menyatukan G20. Jangan sampai ada perpecahan. Perdamaian dan stabilitas adalah kunci bagi pemulihan dan pembangunan ekonomi dunia,” ujar Jokowi pada akun YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (29/4).
Diketahui, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 akan dihadiri para kepala negara dan pemerintahan anggota G20 pada bulan November 2022 di Bali mendatang.
Jokowi menjelaskan, sebagai pemegang mandat presidensi G20 tahun 2022, dalam dua bulan terakhir, telah berkomunikasi dengan beberapa pemimpin negara-negara dan juga Sekjen PBB tentang persiapan KTT G20 yang akan digelar di Bali pada bulan November 2022.
“Pada tanggal 7 Maret 2022 saya berkomunikasi dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz, kemudian 8 Maret 2022 saya berkomunikasi dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, dan 16 Maret 2022 saya juga berbicara dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau,” kata dia.
Kemudian pada tanggal 22 Maret 2022, Presiden Jokowi berbicara lewat telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, pada tanggal 31 Maret 2022 melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, serta pada tanggal 12 April 2022 dengan Sekjen PBB Antonio Guterres.
Baca Lagi: Risiko Konflik di Laut Cina Selatan Meningkat
Selanjutnya, pada 27 April 2022, Jokowi juga berkomunikasi dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy dan Kamis, 28 April melakukan pembicaraan dengan Presiden Portugal, Marcelo de Sousa.
“Tadi malam pukul 19.00 saya berbicara bertelepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin,” katanya.
Dalam pembicaraan itu, Presiden Jokowi berdiskusi mengenai dinamika situasi global terkini, termasuk di antaranya soal perang Rusia dan Ukraina.
Presiden Jokowi menyebut mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy maupun Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghadiri KTT G20.
Ukraina memang bukan anggota G20, melainkan ketua-ketua G20 sebelumnya pernah mengundang negara-negara lain sebagai tamu untuk menghadiri pertemuan.
Sebelumnya, sejumlah anggota G20 bahkan telah menyerukan agar Rusia dan Presiden Vladimir Putin dikeluarkan dari daftar kehadiran di KTT G20 di Bali pada bulan November. Namun, Indonesia menolak dan mengatakan terlalu dini untuk memutuskan hal itu.
1 komentar