JAKARTA – Aksi terorisme bukan merupakan ajaran agama. Terorisme merupakan tindakan orang-orang yang sudah bersekutu dengan setan. Karena itu, aksi terorisme sangat berbahaya jika dikaitkan dengan ajaran agama.
Demikian diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar, dalam sambutannya di acara Deklarasi Kesiapsiagaan Nasional yang digelar BNPT di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (2/8).
“Kita yakinkan bahwa bukan itu amalan daripada agama. Itu amalan dari orang-orang yang bersekutu dengan setan, yang tentunya anti terhadap kemanusiaan. Kita harus mengutuk keras peristiwa-peristiwa seperti itu,” ujar Boy.
Awalnya ia menceritakan pengalaman pahit Indonesia terkait aksi terorisme, seperti peristiwa Bom Bali yang terjadi pada 12 Oktober 2002 lalu.
“Kita punya pengalaman pahit dari kejahatan terorisme, terutama yang sangat menyesakkan. Saya pikir kita semua bangsa bersama dengan para korban, seperti peristiwa Bom Bali tanggal 12 Oktober 2002,” ujarnya.
Baca Lagi: Anggota DPR RI: Penyebaran Radikalisme Lewat Medsos Makin Masif
Tragedi tersebut, lanjut Boy, dilakukan oleh orang Indonesia yang terpapar terorisme. Karena itu, sangat berbahaya apabila aksi-aksi sejeninya menggunakan narasi agama.
“Realitas bahwa ada anak bangsa akhirnya bersekutu dengan ideologi kekerasan. Lebih berbahaya lagi apabila menggunakan narasi-narasi agama, dalil-dalil agama. Jadi ini adalah sebuah pembajakan terhadap nilai-nilai agama tidak dibenarkan,” katanya.
Ia menjelaskan, agama merupakan ajaran mulia yang tidak pernah sekalipun mengajarkan tentang kekerasan. Namun para pelaku terorisme kerap menggunakan narasi agama saat melakukan aksinya.
Karenanya, Boy menegaskan terorisme bukan merupakan ajaran agama. Aksi terorisme merupakan ajaran orang-orang yang bersekutu dengan setan.
“Agama adalah rahmat, agama adalah cinta dan kasih, agama adalah kedamaian. Tetapi mereka menggunakan itu mengatasnamakan narasi agama,” kata dia.
2 komentar