Muslimat NU Ingatkan Pentingnya Budayakan Tabayyun Digital

Nasional456 Dilihat

BOGOR – Kehadiran media sosial mengubah cara manusia mendapatkan informasi, yang membanjiri ruang-ruang digital, ledakannya kerapkali menyisakan residu persoalan. Sehingga, penting kiranya masyarakat menjaga kewarasan berpikir dan bertindak dengan melakukan tabayyun digital.

Sekretaris Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (PP Muslimat NU), Arifah Fauzi, mengatakan menjadi hal penting dan esensial bagi netizen untuk mampu ber-tabayyun, teliti dan berhati-hati. Ketika menerima informasi serta mampu mengendalikan nafsu untuk menyebarkan informasi yang belum diketahui kebenarannya.

“Di era digital yang serba modern seperti sekarang ini biasanya kita kalau dapat info atau berita, yang bergerak itu memang tangan dulu, jari dulu. Jadi kadang langsung emosi, share, komentar atau balas tanpa dipikir terlebih dahulu dampaknya yang akan terjadi,” ujarnya di Bogor, Rabu (12/10/2022).

Selain teliti dan berhati-hati, masyarakat juga perlu memahami dampak dan akibat yang timbul, jika netizen secara tidak bertanggungjawab, asal menyebarkan informasi yang belum diketahui kebenaran dan dasarnya.

“Sebagai penerima informasi atau berita seharusnya dikroscek terlebih dahulu, apalagi ketika kita mau share berita tersebut, maka kita harus berpikir lebih jauh tentang apa dampaknya untuk kita,” katanya.

“Kalau kita tidak tahu secara detail tentang informasi itu lebih baik tidak menshare. Kita bertanggungjawab terhadap apa yang kita share,” lanjutnya.

Ia menambahkan, sejatinya tabayyun memiliki makna penting agar umat senantiasa membiasakan diri mengklarifikasi atau mencari informasi yang sejelas-jelasnya dan sedetail-detailnya. Karena hal tersebut telah menjadi sebuah tanggung jawab bagi umat untuk meluruskan atau membagikan informasi tersebut.

Menurutnya, betapa besarnya tanggung jawab seseorang ketika menebar hoax atau informasi palsu, karena apa yang sudah tersebar tidak bisa ditarik kembali. Hal ini tentunya sangat berbahaya, karena bisa menimbulkan perpecahan.

Oleh karenanya, si pembuat dan penyebar hoax harus bisa menanggung akibatnya, tidak hanya di dunia tapi pertanggung jawaban dengan Tuhan, karena telah membuat keonaran dan kerusakan di muka bumi.

“Di Al Quran dalam surah Al Hujurat ayat 6, dalam Islam anjuran untuk tabayun sendiri sudah sangat jelas. Karena itu, para ulama menyarankan berhati-hati ketika menyebarkan informasi, dengan kroscek sumbernya benar atau tidak, untuk menjaga hal yang tidak kita inginkan, termasuk perpecahan,” kata dia.

Dirinya kembali mengingatkan betapa pentingnya membangun kesadaran bersama, membudayakan tabayun agar menjadi norma, etika dan gaya hidup.

Sebagaimana Muslimat NU, sebagai organisasi masyarakat perempuan di bawah naungan Nahdlatul Ulama, yang memiliki peran untuk memperkuat NU dalam menegakkan nilai-nilai dan ajaran agama Islam.

Muslimat NU diketahui juga memiliki program khusus terkait membangun kesadaran tabayyun di era digital yang ditujukan khususnya kepada kelompok ibu-ibu.

“Kami bergerak memberi sosialisasi melalui majelis taklim, agar lebih waspada dalam menerima informasi, mendorong para ibu-ibu untuk lebih dahulu memahami informasinya, atau menanyakan kebenarannya kepada guru atau ulamanya,” ujar dia.

Arifah berharap agar tokoh agama maupun tokoh masyarakat, untuk meningkatkan perannya sebagai tokoh yang memiliki massa dan sebagai panutan bagi pengikutnya, untuk dapat menularkan dan mengajari pentingnya budaya tabayun kepada masyarakat.

“Pastinya ketika seorang ulama menyampaikan sesuatu maka sudah jelas rujukannya, dari surat, ayat, maupun hadits serta kitab yang dibaca. Saya pikir ini secara tidak langsung, bahwa apa yang disampaikan para tokoh ulama jelas rujukannya, bukan informasi yang tidak jelas asal usulnya,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 komentar