KEDIRI – Bencana yang melanda Indonesia, tidak ada hubungannya dengan khilafah. Di zaman akhir banyak sekali musibah atau bencana karena dunia sudah tua. Tentunya semua itu bukan hanya terjadi di Indonesia. Di negara Islam manapun semua bisa terjadi. Contohnya Saudi Arabia bisa kena banjir dan lain-lain. Jadi tidak ada hubungannya bencana dengan khilafah.
Demikian dikatakan Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo Kediri, KH Abdullah Kafabihi Mahrus, menanggapi pernyataan kelompok radikal mempolitisasi bencana yang dimaknai sebagai balasan terhadap negeri yang tidak menerapkan khilafah.
Kiai Kafabihi Mahrus Lirboyo ini juga membantah apa yang dinarasikan kelompok radikal bahwa ajaran Islam dimana Tuhan kerap digambarkan sebagai sosok yang menakutkan dengan segala hukumannya. Karena dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 256 sudah dijelaskan bahwa dalam menganut agama itu tidak ada paksaan.
“Jadi Islam itu tidak boleh dipaksakan. ‘La ikraha fii diini’. Tidak ada paksaan untuk menganut agama. Artinya kalau kita melakukan dakwah dengan kekerasan atau mengajar dengan kekerasan justru menyalahi pada agama itu sendiri. Karena agama itu adalah kesadaran bukan dengan paksaan,” ujarnya di Kediri, Kamis (1/12/2022).
Ia menjelaskan, kelompok radikal sangat lihai dalam menarasikan hal-hal untuk mencapai tujuannya. Sehingga masyarakat awam malah mudah tertarik dan tergiur untuk ikut mengamini narasi-narawsi tersebut.
Untuk itu dirinya meminta masyarakat mewaspadai narasi-narai yang disampaikan kelompok radikal.
“Itulah ‘hebatnya’ dari kelompok-kelompok tersebut yang cara menyampaikannya sangat menarik. Umat harus waspada dengan kelompok tersebut, di mana mereka menyampaikan agama seolah olah menarik,” katanya.
“Bagi orang-orang yang awam yang tidak mengerti tentunya gampang kepincut, ketarik atau tergiur dan malah jadi membenarkan. Padahal tidak seperti itu kalau belajar agamanya benar dan dari guru yang benar,” lanjut dia.
Kiai Kafabihi menambahkan, tidak perlu bangsa Indonesia menganut hukum Islam atau menerapkan Khilafah. Indonesia sudah Islami karena diwujudkan dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Empat konsensus nasional itu adalah warisan tokoh-tokoh negara terdahulu yang sebagian besar beragama Islam,” katanya.
Menurutnya, sudah banyak negara-negara di dunia yang menerapkan sistem khilafah justru sampai sekarang masih dilanda konflik berkepanjangan.
Untuk itu dirinya meminta masyarakat untuk tidak mudah termakan isu atau narasi propaganda yang menguntungkan kelompok radikal tersebut. Masyarakat juga harus belajar ilmu agama kepada ahlinya agar tidak keliru.
Pemerintah, tokoh agama, dan tokoh masyarakat untuk dapat ikut berperan serta dalam menangani atau mematahkan narasi-narasi yang menyesatkan tersebut. Misalkan mengajak kiai-kiai pesantren menggaungkan kelembutan dan perdamaian. Pemerintah juga perlu menciptakan rasa aman dari berbagai provokasi dan adu domba.
“Karena kelompok radikal itu juga tidak senang melihat negara kita ini aman, damai, rukun dan sejahtera,” ujar dia.
Kiai Kafabihi Mahrus menegaskan kembali agar masyarakat tidak mudah percaya narasi sesat kelompok khilafah. Pasalnya, khilafah itu bukanlah suatu jaminan untuk menjadi kebaikan suatu negara.
“Lebih baik negara yang sudah ada saja ini kita rawat dengan baik, kita jaga dengan baik. Karena kelompok radikal itu berkedok dengan khilafah yang ujung-ujungnya mereka malah justru ingin menghancurkan negara ini yang sudah terjaga kedamaiannya dan ketoleransiannya,” katanya.