MOGADISHU – Pemerintah Somalia di Mogadishu mengatakan, kelompok teroris takfiri Al-Shabaab siap berunding. Tapi negosiasi kemungkinan hanya ingin dilakukan kelompok yang terdiri penduduk lokal karena kelompok orang asing hanya memiliki satu kemungkinan: “kembali ke tempat asalnya”
Melunaknya kelompok Al Shabaab diduga terjadi karena semakin terdesak, dan pemerintah Somalia terus melancarkan perang habis-habisan melawan mereka.
Dikutip media Al Mayadeen dari Beirut, Minggu (8/1/2023), Wakil Menteri Pertahanan Somalia, Abdifatah Kasim mengatakan, para petempur asing di kelompok itu berbeda sikap.
“Al-Shabaab telah meminta negosiasi dengan pemerintah Somalia, tetapi ada dua kelompok di dalam al-Shabaab,” kata Kasim.
“Faksi pertama terdiri dari warga asing, dan faksi kedua warga lokal Somalia. Penduduk setempat memiliki kesempatan negosiasi, tetapi orang asing yang menginvasi negara kita tidak berhak terlibat dalam pembicaraan,” tegasnya.
Dia menggarisbawahi pemerintah siap menerima penduduk lokal yang bersedia menyerah. Jika mereka mau, disarankan ikut instruksi pemerintah untuk berintegrasi kembali dengan masyarakat.
Mereka tidak akan lagi menghadapi Tentara Nasional Somalia di garis depan pertempuran yang kini masuk ke pedesaan Somalia.
Perkembangan ini menandai pertama kalinya kelompok teroris tersebut meminta kontak dan negosiasi dengan pemerintah Somalia.
Namun belum ada konfirmasi langsung dari kelompok tersebut hingga saat ini. Pada September 2022, Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud mengatakan Al Shabaab belum mau berunding.
Selama kunjungannya ke Washington itu, Sheik Mohamud menegaskan pemerintah Mogadishu terbuka untuk negosiasi.
“Kami percaya al-Shabaab tidak akan berakhir dengan laras senjata, tetapi mereka belum siap untuk bernegosiasi,” katanya saat itu.
“Jadi kami harus membawa mereka ke tempat di mana mereka lebih suka bernegosiasi dan mengesampingkan taktik mematikan yang mereka gunakan saat ini,” imbuhnya.
Al-Shabaab adalah kelompok bersenjata berideologi keagamaan dan takfiri terkait Al-Qaeda. Mereka telah melancarkan pemberontakan melawan pemerintah pusat selama lebih dari satu dekade.
Gerakan mereka berhasil aktif di beberapa bagian Somalia dan negara-negara lain di Tanduk Afrika, termasuk Kenya, Ethiopia, dan Djibouti.
Misi Transisi Uni Afrika di Somalia (ATMIS) telah meningkatkan operasi militer melawan organisasi teroris tersebut.
Pada Agustus, kelompok Al-Shabaab menyerbu Hotel Hayat yang populer dengan hujan tembakan dan ledakan bom, menewaskan delapan orang.
Kelompok militan itu mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut lewat pernyataan singkat di situs web pro-Shabaab.
“Sekelompok penyerang Al-Shabaab secara paksa memasuki Hotel Hayat di Mogadishu, para pejuang melakukan penembakan acak di dalam hotel,” kata kelompok itu.
Pada Oktober 2022, sebanyak 200 militan dari gerakan Al-Shabaab tewas dalam operasi militer tentara di wilayah Hiran di tengah negara.
Sebulan kemudian, mereka menyerbu Hotel Villa Rose di Mogadishu. Somalia terperosok ke perang tak berkesudahan sejak jatuhnya Presiden Mohammad Siad Barre di tahun 90an.
Sejak itu praktis tidak ada lagi kekuasaan yang mengontrol Somalia, kecuali faksi-faksi politik bersenjata yang saling bertempur.
Pasukan AS masuk ke Somalia, dan sempat mengalami peristiwa mengerikan saat operasi udara mereka memburu tokoh-tokoh Al Shabaab berakhir petaka buruk.
Pentagon mendirikan pangkalan militer di Mogadishu hingga ketika era Presiden Donald Trump, Gedung Putih menghendaki pasukan AS meninggalkan Somalia.
Secara sporadic, militer AS melakukan operasi-operasi pelacakan dan eliminasi tokoh maupun petempur Al Shabaab menggunakan drone tempur.