PROBOLINGGO – Mitra deradikalisasi ibarat orang yang terpapar virus Covid-19. Mereka harus diberikan kepedulian dan empati. Namun sikap tegas juga perlu dilakukan agar mereka tidak menyebarkan virus radikal terorisme.
Demikian diungkapkan Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol R. Akhmad Nurwahid, saat menggelar kegiatan pembinaan wawasan kebangsaan dan keagamaan kepada mitra deradikalisasi di Kota Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (23/2/2023).
Kegiatan itu digelar Subdit Bina Masyarakat, Direktorat Deradikalisasi BNPT bekerjasama dengan stakeholder terkait yaitu Densus 88, Kesbangpol Kabupaten Probolinggo, Polres Probolinggo, Kodim Probolinggo, Binda, dan Kementerian Agama (Kemenag).
“Saat kita memperlakukan rekan-rekan kita yang terpapar paham radikal terorisme, kita ibaratkan seperti memperlakukan orang yang terpapar virus Covid 19,” ujarnya.
“Kita harus peduli dan empati kepada mereka, namun kita juga harus tegas agar mereka isoman dan tidak menyebarkan virusnya ke orang lain,” lanjutnya.
Menurut Nurwakhid, pemahaman radikal merupakan sebuah bentuk kesombongan yang tidak disadari. Dalam Islam, radikal terorisme merupakan sebuah bentuk virus ideologi, yang berawal dari kesombongan.
Untuk itu, Nurwakhid berpesan kepada para mitra deradikalisasi meningkatkan semangat berjihad untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), juga memelihara dan memperkuat toleransi di Indonesia.
Penguatan nilai-nilai Pancasila juga penting dilakukan kepada mitra deradikalisasi. Pasalnya, Pancasila adalah ideologi yang paling ideal bagi Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
“Dalam sila Pancasila, juga berisi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia,” kata dia.
Selama ini, kata Nurwakhid, kelompok radikal terorisme selalu membenturkan Pancasila dengan agama Islam. Padahal jelas bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan Pancasila berisi nillai-nilai ajaran Islam.
“Perbedaan yang ada di sekitar kita, perbedaan suku, bangsa, dan agama merupakan kehendak Allah, kita harus menjaga kesatuan dalam konteks ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah isnaniyah, dan juga ukhuwah Islamiyah. Namun hal ini harus dipandang dalam sudut pandang yang luas,” katanya.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Probolinggo, Samsur, mengajak para mitra deradikalisai menafsirkan firman Allah secara kaffah.
Menurutnya, ini penting dilakukan agar tidak salah menafsirkan makna ayat-ayat suci. Juga mencontoh kehidupan Nabi Muhammad SAW.
“Apabila kita mencontoh kehidupan Nabi, mengapa kita masih melakukan perilaku-perilaku yang melanggar atau melenceng,” ujar Samsur.
Samsur juga bercerita tentang founding fathers bangsa saat mendirikan tonggak bangsa Indonesia. Para tokoh bangsa yang di dalamnya terdapat para ulama, merumuskan dasar negara yang telah sesuai dengan ajaran Islam.
“Tokoh-tokoh terdahulu kita mendirikan bangsa ini dengan penuh perjuangan dan pengorbanan, dan tiap-tiap nilai yang ada di bangsa ini tidak ada yang bertentangan dengan agama Islam,” kata dia.