Generasi Muda Harus Dimotivasi Sebarkan Perdamaian di Dunia Maya

Nasional1678 Dilihat

BANDUNG – Penyebaran paham radikal terorisme, berita bohong (hoaks), adu domba, dan hate speech masih terus saja bertebaran di dunia maya. Bahkan generasi muda juga masih terus menjadi sasarannya.

Untuk mengatasi hal tersebut, generasi muda harus terus didorong untuk terus menebarkan perdamaian di dunia maya. Karena generasi muda selama ini dinilai masih cenderung untuk bersenang-senang.

Hal tersebut dikatakan Guru Besar Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Bambang Qomaruzzaman pada acara dialog bertajuk ‘Ngabubu Right’ yang digelar Subdit Kontra Propaganda Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Duta Damai Dunia Maya Regional Jawa Barat di Swiss Bel Hotel, Dago, Bandung, Rabu (12/4/2023).

“Anak muda akan mau peduli di dunia maya kalau mereka tahu tantangannya. Selagi mereka masih menganggap urusan damai, urusan terorisme itu adalah urusan orang-orang tua, negara. Mereka akan santai-santai saja,” ujarnya.

Bambang memaklumi hal tersebut, dikarenakan anak-anak muda secara niscaya kapanpun di masa kapanpun itu kecenderungannya menikmati hidup untuk bersenang-senang. Karena hal itu memang adalah masanya.

“Di zaman saya dulu juga seperti itu. Mana peduli dengan urusan yang lebih besar kecuali urusan eksistensinya kelompoknya. Tetapi kalau mereka tahu bahwa urusan damai itu sebenarnya bukan urusan untuk orang tua tetapi untuk mereka, tentu dia akan sadar,” katanya.

“Kita ngomongin damai bukan untuk sekarang, karena sekarang kita masih damai. Tapi besok tahun depan, 10 tahun kedepan, 20 tahun kedepan itu yang kita khawatirkan. Karena itu kita buat Duta Damai BNPT itu untuk mereka,” lanjut dia.

Dalam mendorong generasi muda mau menebarkan perdamaian di dunia maya ada dua hal. Pertama, bahasa, bagamana bahasa ini mesti bisa diturunkan agar mereka mengaggap bahwa urusan damai ini juga menjadi urusan mereka.

“Dimana bahasa ini kita turunkan agar bisa kita sesuai dengan gaya bahasanya mereka. Bahasa anak milenial supaya bisa dimengerti oleh kaum sebayanya,” kata dia.

Kedua, harus bisa menjelaskan terkait apa itu damai dan apa pentingnya bagi generasi muda juga harus dikemas dengan hal yang mudah dimengerti di kalangan milenial.

Menurutnya ada satu istilah yang di pendidikan namanya AMBAK yang merupakan kependekan dari Apa Manfaatnya BAgiKu. Memahami AMBAK dengan baik adalah hal penting agar seseorang bersemangat mempelajari suatu hal dan tergerak mengamalkannya.

“Anak-anak remaja ini, anak-anak generasi milenial ini harus ngerti bahwa soal damai, soal anti teroris, soal moderasi beragama itu manfaatnya besar dan penting buat dirinya. Baru setelah itu mereka terlibat. Tapi selagi mereka masih menganggap ‘ini bukan urusan saya’ mereka pasti nggak mau,” ujarnya.

Tetapi kalau anak-anak muda ini menganggap bahwa damai adalah urusannya mereka, maka bukan tidak mungkin mereka bisa habis-habisan dalam membicarakan perdamaian dan beraksi untuk perdamaian.

“Kalau mereka sudah asik seperti itu maka hal ini bisa menjadi peluang untuk menggerakkan mereka dalam menebarkan perdamaian,” kata dia.

Hal senada juga dikatakan Guru Besar bidang Ilmu Tafsir Al-Quran dari Universita Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Jajang A. Rohmana, yang turut menjadi narasumber di acara tersebut.

Menurutnya, generasi muda diminta untuk tidak menjadi silent majority (diam) dalam menciptakan perdamaian di negeri ini. Generasi muda harus aktif untuk terus menebarkan perdamaian melalui dunia maya.

“Saya kira memang perlu ada respon yang aktif dari generasi muda untuk mengisi konten-konten digital dengan pesan-pesan yang damai yang baik. Karena bagaimanapun dunia maya atau dunia digital itu akan selalu hadir. Karena melalui dunia maya, dunia menjadi luas dan terbuka,” ujar Prof. Jajang.

Oleh karenanya, meminta generasi muda yang umumnya selama ini diam, perlu untuk bergerak secara aktif mengisi konten-konten mereka, status mereka di media sosial dengan status yang menyejukkan, status keseharian yang menunjukkan cinta akan tanah air.

“Misalnya mereka bisa mengisi dengan konten ragam kuliner, kekayaan wisata dalam negeri di berbagai daerah, kekayaan etnik yang mana itu bisa dieksplorasi sebagai bagian cara untuk mengimbangi konten-konten yang selama ini mengarah pada paham-paham yang kurang baik seperti paham radikal di masyarakat. Itu yang pertama,” ujarnya.

Lalu yang kedua menurutnya, perlu bagi generasi muda itu untuk bersikap kritis dengan apa yang disebut saring sebelum sharing. Hal tersebut dinilai baik sekali agar generasi muda dapat menyaring informasi yang didapat sebelum menyebarluaskannya lebih jauh.

“Artinya secara individu ketika memegang gadget sebelum kemudian disebarluaskan ke yang lain, maka dirinyalah yang harus dapat menyaringnya terlebih dahulu terhadap konten atau informasi yang diterima. Dan dengan demikian maka nanti konten yang negatif tidak akan mudah tersebar kalau sudah ada kewaspadaan dan kehati-hatian dari dirinya untuk tidak mudah menyebarkan itu,” kata dia.

Sementara Kasubdit Kontra Propaganda BNPT, Kolonel Sus Solihuddin Nasution, dalam sambutannya saat membuka acara menjelaskan bahwa maksud dan tujuan digelarnya acara ‘Ngabubu Right’ ini agar bagaimana generasi muda bangsa Indonesia ini ke depannya nanti bisa berkontribusi dalam rangka berjihad.

“Jihad disini adalah bagaimana kita bisa menjaga NKRI yang kita cintai bersama yang tidak ada duanya di dunia ini. Selain itu dialog ini sebagai upaya untuk memberikan gambaran kepada para generasi muda, tokoh masyarakat dan akademisi dalam rangka pencegahan paham radikal terorisme,” kata dia.

Ia menjelaskan, pentingnya generasi muda ini mendapatkan literasi damai, karena bagaimanapun literasi ini merupakan sarana bagi semua manusia termasuk generasi muda yang pada dasarnya yang sangat banyak bergelut dengan narasi-narasi yang ada di dunia maya itu sendiri.

“Sehingga perlu kita memberikan gambaran kepada mereka terkait dengan narasi-narasi yang mengarah kepada bahanya paham radikal terorisme dan pentingnya memberikan narasi-narasi yang bersifat nasional maupun bersifat kebangsaan maupun yang bersifat NKRI,” ujanrya.

Begitu juga Koordinator Duta Damai Dunia Maya Regional Jawa Barat, Ridwan Rustandi, dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa acara ‘Ngabubu Right’ ini merupakan satu event positif bagi generasi muda apalagi dilaksanakan di bulan Ramadan. Apalagi Ramadan itu identik dengan hal-hal yang positif, ekosistem kebaikan dan sebagainya.

“Apalagi kalau dari yang positif itu nanti juga akan memberikan kenyamanan, kesenangan, kebahagiaan bahkan perdamaian. Maka ini merupakan agenda yang sangat positif bagi generasi muda, dimana generasi muda bisa belajar banyak bagaimana cara ngabuburit yang positif itu, salah satunya dengan lewat kajian diskusi dan gabung dengan komunitas positif,” ujar Ridwan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *