Lindungi Generasi Muda dari Radikalisme, Pemda Karanganyar Bersama TNI-Polri Gandeng Pesantren

Nasional694 Dilihat

KARANGANYAR – Untuk melindungi generasi muda dari ancaman intoleransi dan radikalisme, TNI, Polri, dan Pemerintah Daerah Karanganyar bekerja sama dengan lembaga pendidikan seperti pesantren.

Apalagi, di era digitalisasi saat ini, penyebaran informasi yang cepat membuat generasi muda rentan terhadap radikalisme dan intoleransi.

Hal itu terungkap dalam dialog bertemakan Upaya Peningkatan Wawasan Kebangsaan Guna Membentengi Santriwan Santriwati dan generasi milenial dari paham intoleransi dan radikalisme yang digelar di Ponpes Isy Karima Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, belum lama ini.

Kasubdit 5 Ditintelkam Polda Jateng, AKBP Mashudi, dalam kesempatan itu mengatakan, sangat penting bagi santriwan santriwati untuk mempelajari wawasan kebangsaan, agar mereka dapat membawakannya saat mereka lulus dari pondok pesantren. 

“Sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai anak bangsa untuk menjaga keutuhan NKRI,” katanya dikutip dari https://suarabaru.id/, Senin (5/6/2023).

Dia menyatakan, santriwan-santriwati di Ponpes Iys Karima memiliki akhlak dan kecerdasan yang luar biasa, karena proses rekrutmennya dinilai dengan baik.

Selain itu, dia menyatakan, “Kami berharap melalui pertemuan ini, santriwan santriwati setelah keluar dari sekolah mau menempuh pendidikan yang lebih tinggi atau bahkan masuk di TNI Polri karena sudah memiliki bekal yang luar biasa.”

Menurut pihaknya, generasi milenial diharapkan dapat mencegah radikalisme sejak dini jika mereka memiliki moral dan pendidikan yang baik. 

Masyarakat tidak akan terpengaruh oleh kelompok-kelompok yang mengotori santriwan santriwati jika mereka memiliki pendidikan yang baik dan moral yang baik.

Menurutnya, beberapa faktor yang mendorong radikalisme termasuk ketidaksepakatan ekonomi, dendam politik, dan keyakinan agama yang salah.

“Fanatisme agama itu harus, tapi bukan dengan fanatisme itu kemudian memulai agama lainnya. Justru dengan fanatisme itu kita mengajak dan mengajari orang lain dengan kelembutan, bukan malah memusuhi,” kata dia.

Sementara Analis Kebijakan Ahli Muda Sub Koordinator Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Kesbangpol Provinsi Jateng, Widi Nugroho, mengatakan Milenial dan Generasi Z mudah menerima norma masyarakat saat ini.

“Alhamdulilah, di sini di Iys Karima ini sangat menghargai perbedaan dan perbedaan. Bibit masuknya paham radikalisme biasanya muncul dari sikap intoleran dan tidak menghargai perbedaan,” katanya.

Setiap orang, termasuk generasi milenial, harus menyadari bahwa Pancasila adalah kristalisasi nilai-nilai yang ada di masyarakat Indonesia dan tidak datang dari langit.

“Ketika ada pihak yang mempertanyakan Pancasila dan kemudian menggantinya dengan paham lain, itu ngajinya kurang jauh,” kata dia.

Dijelaskan bahwa Pancasila, yang pertama kali digunakan sebagai Piagam Jakarta, merupakan sila pertama Tuhan dan memiliki kewajiban untuk menjalankan syariat Islam bagi mereka yang menganutnya. 

“Karena para pendiri bangsa kita, seperti Bung Karno dan Bung Hatta, menyadari bahwa persaudaraan dan Islam tidak hanya penting bagi Indonesia, maka Pancasila kemudian berubah hingga saat ini,” ujarnya. 

“Poinnya lagi adalah menjamin keberagaman untuk hidup bersama dan tidak saling mengganggu,” tambahnya.

Didi Nugroho berharap, para santriwan dan santriwati akan menjadi pemimpin bangsa dalam dua puluh tahun ke depan.

Ust Afif Najarudin, selalu Direktur Ma’had Isy Karima, menekankan pada kedamaian dan ketenangan yang perlu terus dijaga guna dapat belajar dan produktif dalam berkarya untuk bangsa dan negara. 

“Damai itu nikmat yang sangat besar, tugas kita terus menjaga ketenangan dan kedamaian ini supaya bisa produktif kedepannya,” katanya

“Mari sama-sama menjadi antum pemuda pemudi muslim yang memiliki kepekaan ketika ada bibit-bibit yang merusak ketenangan baik di ponpes maupun di lingkungan antum, itu sesuatu yang perlu dijaga,” lanjutnya.

Dirinya menyampaikan terimakasih kepada pihak kepolisian yang terus berkomunikasi dengan pondok pesantren dalam menjaga kedamaian dan ketenangan.

“Mudah-mudahan upaya ini berjalan dengan baik, sehingga anak cucu kita nanti menjadi generasi yang hebat, 20 tahun ke depan di pimpin generasi hebat yang berakhlakul karimah,” ujarnya mengakhiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *