BANTEN – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) memberikan Pembinaan Ideologi Pancasila kepada puluhan eks narapidana teroris (Napiter) di wilayah Banten.
Dikutip dari Antara, Senin (10/7/2023), Kepala BPIP, Yudian Wahyudi, mengatakan Pancasila harus menjadi nilai dasar yang kita pedomani dalam menjalani kehidupan.
“Nilai-nilai Pancasila harus tercermin dalam laku dan tindakan kita, baik sebagai individu, anggota keluarga, masyarakat, dan warga negara,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan jangan mudah terpengaruh oleh ajakan yang menawarkan ideologi-ideologi transnasional.
“Kita lihat negara-negara besar dan maju, sangat iri kepada kita, bahkan dari mereka banyak sekali yang pecah,” katanya.
Ia menjelaskan, Islam dan Pancasila tidak ada yang bertentangan, bahkan Islam dan Pancasila satu kesatuan untuk peradaban umat manusia.
“Kelima sila dari Pancasila jika kita resapi betul, tidak ada yang bertentangan dengan ajaran Islam, justru malah mengonfirmasi bahwa sila-sila Pancasila merupakan cerminan dari nilai-nilai Islam,” jelasnya.
Sementara, Rektor UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Wawan Wahyuddin, mengapresiasi kepada BPIP yang sudah kolaborasi, gotong royong membina eks Napiter dalam penguatan Ideologi Pancasila.
Ia mengaku, eks Napiter ini berasal dari berbagai wilayah di Banten dan berbagai organisasi seperti NII, JAD, JI dan organisasi lainnya yang menentang negara.
“Saya berharap setelah diberikan pembinaan ini, para napiter ini memiliki Ideologi Pancasila yang kuat dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,” kata dia.
Salah satu peserta eks Napiter asal Pandeglang Supriantoro, mengapresiasi dengan kegiatan tersebut.
Menurutnya, dengan kegiatan ini telah menambah wawasan, pengetahuan dan semakin meyakinkan dirinya terhadap Pancasila.
Eks Napiter NII ini juga mengaku menyesal masuk dan terpengaruh masuk organisasi ekstremisme dan radikal itu, bahkan tidak menguntungkan sama sekali.
Ia berharap, kepada masyarakat tidak mudah percaya dengan iming-iming apapun hanya untuk masuk ke organisasi radikal yang ingin memecah persatuan Indonesia.