JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI berharap Indonesia dan Jepang dapat memperkuat kerja sama penanggulangan terorisme, mengingat penggunaan teknologi dalam terorisme menjadi tantangan di tingkat domestik, regional, dan global.
Hal itu diungkapkan Kepala BNPT RI, Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel, saat melaksanakan Dialog Kontra Terorisme ke-2 Indonesia dan Jepang dengan Ambassador in charge of International Cooperation for Countering Terrorism and International Organized Crime, Mr. Sugiyama Akira, di Kantor BNPT RI Jakarta.
“Dialog ini akan memperkuat kerja sama Jepang dan Indonesia dalam pemanggulangan terorisme dan ekstremisme,” kata Rycko dikutip dari website bnpt.go.id, Sabtu (7/10/2023).
Dalam kesempatan itu, Deputi Bidang Kerja Sama Internasional BNPT, Andhika Chrisnayudhanto, menjelaskan perkembangan teknologi yang pesat menjadi celah bagi organisasi teroris untuk melakukan propaganda, perekrutan, dan radikalisasi.
“Lone actors (aktor tunggal) hasil radikalisasi online berpotensi jadi sumber terorisme, modus pendanaan terorisme juga beragam termasuk fintech,” ujarnya.
Andhika menambahkan, penyalahgunaan teknologi tidak hanya terjadi di Indonesia. Kelompok teror di luar negeri seperti ISIS menggunakan cryptocurrency dan Nun-Fungible Token (NFT) dalam melakukan pendanaan.
“Mereka juga memanfaatkan drone dalam melancarkan operasinya,” katanya.
Selain topik penyalahgunaan teknologi, dalam kesempatan itu juga membahas situasi terkini seputar terorisme di kawasan Asia Tenggara dan Afganistan, serta strategi masing-masing negara dalam penanggulangan ekstremisme dan terorisme.