JAKARTA – Pemerintah dan aparat harus ingat, tindak terorisme bisa terjadi salah satu faktornya karena influencer, atau figur yang memberikan pengaruh pada orang lain untuk melakukan aksi teror.
Demikian diungkapkan Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Nasyirul Falah Amru (Gus Falah) dalam keterangan tertulisnya, Minggu (22/10/2023).
Pernyataan Gus Falah menanggapi penangkapan yang dilakukan Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri terhadap para tersangka tindak pidana teroris di wilayah Sambas, Kalimantan Barat dan Sumatera Selatan.
Para tersangka teroris itu diketahui berasal dari kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (AD) dan Jamaah Islamiah (JI).
Menurut Gus Falah, kemungkinan besar para teroris yang ditangkap baru-baru ini merupakan korban ‘cuci otak’ para influencer itu.
Oleh sebab itu, dirinya meyakini masih banyak influencer teroris yang berkeliaran di negeri ini untuk melakukan ‘cuci otak’.
Gus Falah mengungkapkan pernyataan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) beberapa bulan lalu, bahwa tak semua eks narapidana terorisme meninggalkan ideologinya ketika bebas dari lapas.
Bahkan, BNPT mengungkapkan Abu Bakar Ba’asyir pun masih meyakini ideologi radikal meski telah bebas dari penjara.
“Nah Ba’asyir ini khan yang membentuk JI dulu, yang para anggotanya masih mau menebar teror hingga sekarang, termasuk yang ditangkap baru-baru ini oleh Densus,” kata Gus Falah.
“Para eks napi teroris yang masih diragukan kesetiaannya pada Pancasila seperti Ba’asyir inilah, yang harus diawasi ketat oleh pemerintah. Jangan sampai mereka menjadi influencer terorisme yang menyesatkan umat Islam,” lanjutnya.