SURABAYA – Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur (Jatim), Irjen Pol. Imam Sugianto, mengatakan pihaknya mendukung adanya peningkatan kerja sama penanggulangan terorisme di Jatim, khususnya dalam program deradikalisasi.
Hal itu terungkap dalam audiensi Kepala BNPT RI, Komjen Pol. Mohammed Rycko Amelza Dahniel, bersama Kapolda Jatim, Irjen Pol. Imam Sugianto, dan Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI Rafael Granada, di Surabaya, Jumat (26/1/2024).
“Kegiatan-kegiatan dan program ke depannya yang bisa dikerjasamakan harus kita kerjakan bersama agar kemanfaatannya bisa membawa sumber penghidupan eks napiter,” ujarnya.
Dilokasi berbeda, dukungan juga datang dari Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI Rafael Granada. Dirinya menyoroti pentingnya langkah pencegahan jelang Pemilu 2024.
“Kami akan melakukan pendekatan teriroti dalam menghadapi dan mencegah proses radikalisasipada kelompok rentan, dan kita juga harus bekerja sama terutama dalam waktu dekat kita akan melaksanakan Pemilu,” jelasnya.
Sementara Kepala BNPT RI, Komjen Pol. Mohammed Rycko Amelza Dahniel, menjelaskan saat ini terdapat peningkatan aktivitas terorisme seperti pendanaan, radikalisasi, perekrutan, dan konsolidasi sel-sel teroris. Aktivitas tersebut menyasar tiga kelompok rentan yaitu perempuan, remaja, dan anak.
“Justru terjadi konsolidasi dan penguatan sel-sel teroris, peningkatan fund raising, peningkatan proses radikalisasi dan rekrutmen yang menarget perempuan, remaja dan anak,” ujarnya.
Dengan adanya fenomena tersebut, BNPT berkomitmen meningkatkan sinergi dalam menjalankan program pencegahan terorisme di Jawa Timur bersama Polda Jatim dan Kodam V/Brawijaya.
Langkah ini dilakukan dengan membangun ketahanan masyarakat. Rycko mengatakan, resiliensi akan terbentuk pada saat masyarakat memiliki pengetahuan dan kesadaran akan bahaya radikalisme dan terorisme.
“Kita harus membangun kesadaran publik dan daya tahan dengan memberi pengetahuan apa itu terorisme, bagaimana ciri-cirinya, bagaimana dampaknya untuk bangsa dan negara ini, kalau masyarakat sudah tahu pasti mereka akan menolak (radikal terorisme),” jelasnya.
Selain pencegahan, sinergi ini juga akan diintensifkan untuk penguatan program deradikalisasi bagi mantan eks narapidana terorisme (eks napiter).
Selanjutnya, Rycko menjelaskan, saat ini terdapat 116 eks napiter di Jatim yang harus dibina. Pembinaan salah satunya dilakukan melalui penguatan wawasan kewirausahaan.
“Tidak mudah mendapatkan pekerjaan bagi napiter setelah keluar dari penjara, karena itu pembinaan wawasan kewirausahaan ini penting untuk kesejahteraan mereka (eks napiter) dan integrasi ke masyarakat,” kata dia.
Diketahui, BNPT memiliki 7 program prioritas terkait pencegahan dan deradikalisasi diantaranya pemberdayaan perempuan, anak dan remaja; pembentukan Desa Siap Siaga-Desa Damai; pembentukan Sekolah Damai; pembentukan Kampus Kebangsaan; pemenuhan hak dan pemberdayaan penyintas serta keluarga; reintegrasi dan reedukasi mitra deradikalisasi serta keluarga; dan asesmen pegawai dengan tugas resiko tinggi.
Dalam implementasinya, program-program akan dikolaborasikan dengan seluruh pemangku kepentingan, dalam hal ini Polda Jatim dan Kodam V/Brawijaya.