JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI, melalui Koordinator Keuangan, Saiful Rahman, mengatakan aksi terorisme dilatarbelakangi motif geometri, yakni di mana paham radikal teroris berkembang dari benih-benih intoleransi yang terus dipupuk.
“Kemudian menjadi radikalisme yang ditandai dengan anti-pemerintahan yang sah, anti-NKRI, anti-Pancasila, dan anti-Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya dikutip pada situs infopublik.id, Senin (20/5/2024).
Selain itu, dikontribusi dengan berkembangnya paham-paham yang menyalahkan paham lain yang tidak sama dengan golongannya. Seperti pemahaman agama yang sempit yang merujuk kepada keinginan mengganti ideologi negara Pancasila menjadi ideologi yang mereka inginkan.
”Lebih mengkhawatirkan sekarang ikut terlibat dalam aksi terorisme berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNPT tahun 2023 bahwa generasi milenial yang aktif di media,” katanya.
Perkembangan teknologi informasi membuat tren terorisme berubah dari offline menjadi online. Generasi muda sebagai konsumsi informasi terbanyak melalui media online. Dikatakan, terorisme juga didukung oleh situasi global yakni ketika saat pandemi COVID-19, di mana semua aktivitas tatap muka dibatasi.
Lebih lanjut dikatakan Saiful, masih segar diingatan kasus 1 Maret 2021 yakni penyerangan Mabes Polri, tanpa batas-batas melalui media online yang beraksi sendirian dan tidak bergabung dalam kelompok tertentu.