Begini Tanggapan Menteri Agama Soal Kunjungan Paus Fransiskus

Nasional945 Dilihat

Menteri Agama (Menag) RI, Yaqut Cholil Qoumas, mengatakan kunjungan Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus ke Indonesia harus dimaknai sebagai keinginan untuk membangun perdamaian antarumat beragama.

Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat Indonesia untuk dapat menunjukkan persatuan dan kesatuan, sikap saling memahami, dan saling pengertian.

“Kami berharap beliau menyaksikan bagaimana keberagaman di Indonesia itu bisa terpelihara dengan baik,” ujarnya di Jakarta, Selasa (3/9/2024).

Pernyataan Yaqut disampaikan saat menyambut kedatangan Paus Fransiskus di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Baca Juga: Dirgantara Indonesia Teken Kontrak Lima Pesawat untuk Republik Kongo

Pesawat yang membawa Paus Fransiskus mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa, pukul 11:26 WIB.

Yaqut menyampaikan pesan dari Paus Fransiskus tentang pentingnya menjaga dialog antariman. Karena dialog antariman itu menjadi kunci bagi toleransi dan perdamaian dunia.

“Acara di Istiqlal nanti juga penting, karena setelah pertemuan dengan presiden, beliau akan melanjutkan di Istiqlal, ada acara Interfaith Dialogue. Saya kira ini manifestasi dari apa yang tadi beliau ucapkan, bahwa dialog itu menjadi kunci utama bagi sukses perdamaian, bukan hanya dunia, tetapi antarumat manusia,” kata Yaqut.

Baca Lagi: TNI Siapkan Penembak Jitu Amankan Kunjungan Paus Fransiskus

Ia memuji kesederhanaan Paus Fransiskus yang lebih memilih kendaraan yang sederhana, bukan kendaraan mewah. Termasuk menginap tidak juga di hotel mewah, tetapi di Kedutaan Vatikan.

“Beliau ini pimpinan Tahta Suci Vatikan, pemimpin negara dan pemimpin umat. Dengan kesederhananya beliau tunjukkan, bagaimana beliau memilih kendaraan pun dengan cara yang sangat sederhana, dan ini patut untuk dicontoh,” kata dia.

Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia ini, kata Yaqut, merupakan sebuah kebanggaan. Sebelumnya, Paus Paulus ke-6 juga telah mengunjungi Indonesia pada 1970, dan Paus Johannes Paulus ke-2 pada 1989.

“Yang paling penting menurut saya dari semua proses ini adalah mempererat hubungan antara Indonesia dan Vatikan,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 komentar