Transformasi Energi Hijau: Kerja Sama Strategis Indonesia-Cina di Sektor Mineral

Nasional631 Dilihat

JAKARTA – Indonesia dan Cina menandatangani dua Nota Kesepahaman (MoU) yang berpotensi mengubah lanskap kerja sama dalam sektor mineral. Dalam kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke China, penandatanganan MoU ini dihadiri oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia dan Menteri Perdagangan China, Wang Wentao. Keduanya menekankan bahwa kerjasama ini akan mendukung transisi energi hijau yang berkelanjutan di kedua negara.

Kerja sama ini tidak hanya menandai langkah maju dalam hubungan bilateral, tetapi juga menunjukkan komitmen kedua negara untuk mempercepat transisi energi global. Dalam konteks ini, definisi mineral “hijau” menjadi sangat penting.

Mineral hijau adalah produk yang digunakan dalam pengembangan industri ramah lingkungan dan rendah karbon. Contoh konkret dari mineral ini termasuk lithium, kobalt, dan nikel, yang merupakan bahan baku penting untuk baterai kendaraan listrik.

Baca Juga: Kontroversi Plagiarisme di UGM: Peter Carey Menentang Label Buku Dummy

“MoU ini menandai babak baru dalam kerja sama strategis Indonesia dan China,” ujar Bahlil, dikutip dari Antara, Minggu (10/11/2024).

Bahlil berjanji akan membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan industri mineral hijau yang bernilai tambah tinggi.

MoU di Bidang Mineral Hijau

MoU pertama yang ditandatangani dengan MOFCOM berfokus pada pengembangan industri mineral hijau, mulai dari penambangan hingga hilirisasi.

Ini sejalan dengan komitmen kedua negara untuk mengatasi perubahan iklim dan menyediakan bahan baku yang diperlukan untuk industri bersih.

Dengan adanya kerja sama ini, Indonesia diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi dalam sektor energi bersih.

Sementara itu, MoU kedua dengan NDRC berfokus pada pemanfaatan mineral yang sangat dibutuhkan dalam industri modern.

Hal tersebut membuka peluang bagi perusahaan dari kedua negara untuk mengeksplorasi investasi di sektor sumber daya mineral, termasuk penambangan hingga hilirisasi.

Peluang Investasi dan Rantai Pasok yang Aman

Kementerian ESDM bertanggung jawab dalam memperkuat kerja sama bilateral ini dengan harapan meningkatkan investasi di sektor mineral Indonesia.

Keduanya sepakat untuk memperkuat rantai pasok sumber daya mineral yang aman dan berkelanjutan.

Hal ini sangat penting mengingat tantangan yang dihadapi oleh sektor energi global, termasuk fluktuasi harga dan ketidakpastian politik.

Misalnya, proyek hilirisasi nikel di Indonesia yang saat ini menjadi perhatian utama bagi investor global, terutama setelah larangan ekspor bijih nikel Indonesia pada tahun 2020.

Dengan adanya MoU ini, Indonesia berharap untuk menarik lebih banyak investor yang ingin berpartisipasi dalam rantai pasok nikel untuk baterai kendaraan listrik.

Forum Bilateral: Indonesia-China Energy Forum (ICEF)

Kerja sama ini tidak lepas dari konteks forum bilateral yang telah ada, seperti Indonesia-China Energy Forum (ICEF). Forum ini diadakan setiap dua tahun dan bertujuan untuk memperkuat kerja sama di berbagai bidang energi, termasuk migas, batu bara, dan energi bersih.

ICEF ke-7 yang berlangsung di Bali pada September 2024 menunjukkan komitmen kedua negara dalam memperkuat kolaborasi di sektor energi.

Dalam forum tersebut, kedua negara telah membahas berbagai peluang investasi, termasuk pendanaan proyek-proyek energi yang didukung oleh lembaga finansial seperti Sinosure, China Development Bank, dan Exim Bank of China.

Ini menunjukkan bahwa ada banyak potensi untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dalam sektor energi di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar