Doa untuk Orang Yang Meninggal: Penjelasan Ustadz Abdul Somad

Ragam874 Dilihat

JAKARTA – Ustadz Abdul Somad (UAS) memberikan ceramah mendalam terkait praktik mengirimkan doa Al-Fatihah untuk orang yang telah meninggal. Penjelasan yang disampaikan melalui kanal YouTube Tsaqofah TV, Senin (18/11/2024), ini menyoroti perbedaan antara doa anak kepada orang tua dan doa dari orang lain, serta memperkuat pentingnya hubungan spiritual dalam keluarga.

UAS memulai penjelasannya dengan menekankan bahwa doa anak untuk orang tua memiliki nilai yang sangat istimewa. Ia mencatat bahwa ketika anak berdoa untuk orang tuanya, pahala doa tersebut secara otomatis sampai, bahkan tanpa menyebutkan nama orang tua secara spesifik.

“Kalau orang tua kandung, tanpa disebutkan namanya sudah otomatis sampai,” ujarnya, merujuk pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.

Dalam hadis tersebut, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ketika seseorang meninggal, amalnya terputus kecuali ada tiga hal yang terus mengalir: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang berdoa untuknya.

“Semua amal Abdul Somad putus, tapi ada satu amalnya yang dilaksanakannya sekarang tetap nyambung walaupun dia sudah mati. Amal yang mana? Anak saya, amal anak saya nyampai ke saya karena anak saya itu amal saya,” lanjut Ustadz Abdul Somad.

Pernyataan Ustadz Abdul Somad menegaskan bahwa doa dari anak-anak yang saleh menjadikan amal orang tua tetap hidup. Dengan kata lain, hubungan yang dekat antara orang tua dan anak menciptakan ikatan spiritual yang memungkinkan doa anak untuk orang tua mengalir terus-menerus.

Ustadz Abdul Somad menyampaikan, “Anak saya itu amal saya, karena kalau istri saya itu cuman saya tengok. Enggak mungkin dia hamil.” Pernyataan ini menggambarkan bagaimana hubungan biologis dan spiritual antara orang tua dan anak saling terkait dalam konteks amal dan doa.

Mengirimkan Al-Fatihah kepada Orang yang Meninggal

Pertanyaan yang sering muncul adalah, “Apakah dalam mengirimkan Al-Fatihah kepada orang yang sudah meninggal harus menyebutkan nama mereka?”

Menurut Ustadz Abdul Somad, dalam konteks doa untuk orang tua, tidak harus menyebutkan nama secara terperinci. Ini berbeda jika seseorang mengirimkan doa untuk orang lain, di mana menyebutkan nama dapat menjadi lebih penting.

“Untuk orang lain berbeda, jadi ketika kita mengirimkan Al-Fatihah untuk orang lain, sebaiknya menyebutkan namanya,” kata dia. Hal ini menunjukkan bahwa pengiriman doa dapat berbeda berdasarkan hubungan antara pengirim dan penerima doa.

Doa bukan hanya sebuah ritual; ia juga merupakan bentuk komunikasi antara manusia dan Tuhan, yang harus dijaga dengan baik.

Ustadz Abdul Somad menyatakan bahwa mendoakan orang tua adalah salah satu bentuk penghormatan dan kasih sayang yang seharusnya senantiasa dilakukan oleh anak.

“Doa adalah jembatan antara hidup dan mati. Doa adalah harapan yang tidak pernah terputus,” ungkapnya.

Ustadz Abdul Somad juga menyoroti pentingnya menjaga hubungan baik dengan orang tua, meskipun mereka telah tiada.

“Dengan mendoakan mereka, kita seolah terus menjaga ikatan kasih sayang itu,” tambahnya.

Ini menunjukkan bahwa amal baik yang kita lakukan di dunia dapat menjadi jembatan untuk mendekatkan diri kita dengan orang-orang yang kita cintai, meskipun mereka telah berpulang.

Refleksi Spiritual: Hubungan Antara Keluarga

Dalam konteks spiritual, hubungan antara anak dan orang tua sangatlah signifikan. Ustadz Abdul Somad menekankan bahwa anak-anak yang saleh akan selalu berusaha mendoakan orang tua mereka, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Ini merupakan salah satu bentuk kasih sayang abadi yang akan terus mengalir.

“Anak yang saleh adalah investasi terbesar bagi orang tua. Doa mereka adalah bentuk rasa syukur dan penghormatan yang tidak akan pernah padam,” ujarnya.

Ini menggarisbawahi pentingnya pendidikan dan pembinaan karakter anak agar mereka tumbuh menjadi individu yang mampu memberikan doa dan kebaikan untuk orang tua mereka.

Ustadz Abdul Somad juga mengingatkan bahwa selain doa, ada banyak cara lain untuk menjaga amal jariyah untuk orang tua yang telah meninggal.

Salah satunya adalah dengan melanjutkan kebaikan yang pernah mereka ajarkan. “Ajaklah anak-anak kita untuk bersedekah atas nama mereka, atau melaksanakan ilmu yang bermanfaat. Ini bisa menjadi amal yang terus mengalir,” katanya.

Melalui pendekatan ini, kita diingatkan bahwa setiap tindakan baik yang dilakukan atas nama orang tua akan menjadi pahala yang abadi.

Dalam konteks ini, pendidikan nilai-nilai kebaikan kepada generasi selanjutnya menjadi sangat penting.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar