JAKARTA – Kehidupan seorang dokter yang juga dikenal sebagai influencer, Azmi Fadhlih, berakhir tragis ketika ia meninggal di Bali pada 16 Desember 2024, akibat pecahnya pembuluh darah di otaknya.
Kabar duka ini diungkapkan oleh Lury Alex Noerdin, kakak ipar Azmi, melalui pesan langsung di Instagram. Lury menjelaskan, Azmi mengalami gejala sakit kepala hebat sebelum menghembuskan napas terakhirnya.
Sakit kepala yang dialami Azmi bukanlah hal baru baginya. Sebelum peristiwa tragis ini, ia sering mengeluhkan sakit kepala yang berulang.
“Sebelumnya almarhum sering mengalami sakit kepala dan terakhir sebelum meninggal merasa sakit kepala hebat,” ujar Lury dikutip dari laman Kompas, Selasa (17/12/2024).
Baca Juga: Kolaborasi Strategis BNPT dan OJK: Memperkuat Penanggulangan Pendanaan Terorisme di Indonesia
Jenazah Azmi telah dibawa pulang ke rumah duka yang berlokasi di Bandung pada malam yang sama setelah mengajakan berita meninggalnya.
Dalam kepergiannya, Azmi meninggalkan seorang istri, Lisa Anjayasasi, dan dua anak yang kini harus meneruskan hidup tanpa sosok ayah.
Sebelumnya, Azmi Fadhlih dikenal dalam masyarakat sebagai dokter muda yang aktif berbagi informasi dan pengalaman kesehatan melalui media sosial.
Ia telah memberikan banyak saran kesehatan yang berguna bagi para pengikutnya di Instagram dan platform digital lainnya.
Kehadirannya sebagai influencer kesehatan membantu membangun kesadaran masyarakat tentang berbagai isu kesehatan, mulai dari gaya hidup sehat hingga pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Dengan kepergiannya, banyak orang merasa kehilangan sosok inspiratif yang tak hanya berbagi pengetahuan medis, tetapi juga menunjukkan empati dan perhatian kepada sesama.
Banyak teman dan pengikutnya di media sosial mengungkapkan kesedihan dan kewaspadaan terhadap kesehatan mereka setelah mendengar kabar duka ini.
Dampak Kesehatan Pembuluh Darah Otak
Pecahnya pembuluh darah di otak, yang dikenal dengan istilah aneurisma, merupakan kondisi medis serius yang sangat berpotensi mengancam jiwa.
Data dari Center for Disease Control (CDC) menunjukkan aneurisma otak dapat muncul tanpa gejala sebelumnya atau hanya ditandai dengan sakit kepala ringan.
Ketidakpahaman banyak orang tentang gejala awal menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat kematian akibat kondisi ini.
Insiden yang menimpa Azmi Fadhlih harus menjadi pengingat akan pentingnya kesehatan, terutama kesadaran terhadap gejala-gejala yang mungkin tidak dianggap serius.
Sakit kepala yang sering kali dianggap sepele bisa menjadi sinyal adanya masalah serius di dalam tubuh. Pengetahuan tentang kesehatan dan kewaspadaan terhadap gejala dapat membantu mencegah berbagai keadaan darurat kesehatan di masa depan.
Masyarakat juga diimbau untuk lebih peka terhadap isu kesehatan dan selalu mencari pertolongan medis ketika menghadapi gejala yang tidak normal.
Belajar dari pengalaman Azmi, setiap manusia dapat menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala sebagai langkah pencegahan.