JAKARTA – Dalam sorotan terbaru di kancah politik global, ketegangan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah menciptakan gelombang kekhawatiran mengenai stabilitas aliansi Barat.
Dikutip dari situs Sputnik, Selasa (4/3/2025), pernyataan Perdana Menteri Prancis, Francois Bayrou, menyoroti dampak signifikan dari perdebatan ini terhadap pandangan kolektif dunia Barat yang telah terjalin rapat.
Situasi ini memuncak pada Jumat, 28 Februari 2025, ketika upaya pertemuan antara Trump dan Zelenskyy di Washington berakhir dengan kegagalan.
Dalam konfrontasi di Ruang Oval, disaksikan oleh wartawan, Zelenskyy mendapatkan kritik keras dari Trump lantaran dianggap kurang berterima kasih atas dukungan yang diberikan oleh AS.
Baca Juga: Presiden Zelenskyy Enggan Minta Maaf ke Presiden Trump
Bayrou menggambarkan kejadian ini sebagai “hancurnya sesuatu yang bernilai luar biasa,” merujuk pada gagasan persatuan yang menjadi landasan aliansi Barat.
Apakah ini mencerminkan adanya perpecahan internal di kalangan negara-negara Barat? Bayrou berpendapat bahwa kejadian ini tidak hanya mempengaruhi keamanan Ukraina tetapi juga mengguncang kepercayaan dalam struktur aliansi transatlantik yang lebih luas.
Runtuhnya Kesepakatan Strategis
Zelenskyy, yang sebelumnya diharapkan bisa menandatangani perjanjian penting terkait logam tanah jarang dan mengadakan konferensi pers gabungan, terpaksa meninggalkan Gedung Putih tanpa pencapaian yang signifikan.
Dalam sebuah pernyataan, Trump menegaskan bahwa Zelenskyy tidak akan diterima kembali di Gedung Putih sampai dia siap untuk “perdamaian,” yang menunjukkan ketegangan personal yang mencerminkan ketidakpahaman politik.
Menanggapi pertanyaan mengenai situasi tersebut, Zelenskyy menegaskan bahwa dia tidak merasa melakukan kesalahan, dan menolak untuk meminta maaf.
“Saya tidak akan meminta maaf. Saya yakin tidak ada yang perlu dimaafkan,” ujar Zelenskyy dalam wawancara setelah pertemuan yang gagal.
Dia optimis, hubungan tegang ini masih bisa diperbaiki, merujuk pada kompleksitas hubungan antara kedua negara yang melampaui sekadar interaksi presiden.
Pergeseran ini menunjukkan potensi krisis dalam aliansi Western yang sebelumnya tampak solid. Berbagai pemimpin dunia mulai mempertanyakan posisi AS di kancah internasional, serta dampak dari tindakan Trump terhadap citra dan kekuatan aliansi ini.
Dalam konteks ini, pernyataan Bayrou menjadi pertanda bahwa Eropa mungkin perlu mengevaluasi kembali strateginya dalam berhadapan dengan Amerika Serikat.
Keresahan ini diperkuat oleh laporan media internasional yang menunjukkan bahwa ketegangan antara kedua pemimpin tidak hanya berdampak pada skala bilateral tetapi juga menciptakan resonansi di antara negara-negara sekutu.
Negara-negara Eropa mungkin harus bersiap untuk merespons perubahan dalam dinamika kekuatan yang mengemukan.
1 komentar