JAKARTA – TNI Angkatan Udara merencanakan pengadaan pesawat tempur multirole buatan Rusia yakni Sukhoi Su-35 ‘Flanker-E’. Direktur Layanan Federal Rusia untuk Militer Teknis Kerjasama (FSVTS), Dmitry Shugayev, mengatakan pada 16 Maret 2020, membantah laporan media yang menyebut di bawah tekanan Amerika Serikat, telah membatalkan kesepakatan untuk membeli 11 pejuang buatan Rusia.
“Tidak ada pembatalan resmi untuk Su-35. Kami belum menerima surat apa pun mengenai masalah ini dan belum diberitahu tentang itu,” ujarnya seperti dilansir Jane’s, Selasa (17/3/2020).
Shugayev menegaskan, Indonesia masih tertarik untuk mengakuisisi Su-35. Meski demikian tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan.
“Kami berharap bahwa kontrak akan dilaksanakan,” ujar dia.
Bloomberg mengutip seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya yang akrab dengan masalah ini pada 12 Maret yang mengatakan, Jakarta baru-baru ini memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana pengadaan 11 pesawat tempur dengan biaya sekitar USD1,1 miliar.
Pada Februari 2020 lalu, Washington menekan Indonesia untuk meninggalkan pembicaraan dengan Cina untuk mendapatkan beberapa kapal patroli angkatan laut dengan sekitar USD200 juta.
Pejabat itu menjelaskan, langkah-langkah itu menggambarkan bagaimana AS mengalami beberapa keberhasilan. Kadang-kadang dengan menggunakan tuas keuangan dan ekonomi – di negara-negara yang menghalangi dari berurusan dengan Rusia dan Cina.
Jane’s menyebut, November 2019 lalu pengadaan Su-35 di Indonesia terhenti karena beberapa faktor, termasuk pemilihan presiden, masalah pendanaan dan countertrade, dan kekhawatiran, dimana undang-undang AS – terutama Musuh Amerika yang Melawan Amerika Melalui Sanksi Act (CAATSA) – di mana Washington berusaha untuk menghukum pelanggan pertahanan Rusia.