MOSCOW – Pemerintah Rusia bersama para akademisi mengklaim tengah mengembangkan obat antivirus yang dapat digunakan untuk mengobati virus Corona alias Covid-19.
Kepala unit ilmu biomedis di salah satu universitas di Rusia, Vladimir Chekhonin, mengatakan triazavirin merupakan obat antivirus yang telah dibuat beberapa tahun yang lalu di Institute of Organic Synthesis di cabang Ural dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.
“Obat ini sekarang sedang diuji oleh para ilmuwan Cina untuk kemampuannya mengobati COVID-19,” tulis media Rusia, Senin (30/3/2020)
“Sampai hari ini, inhalansi khusus sudah siap, yang dapat digunakan secara eksklusif untuk mengobati infeksi pernapasan virus. Saya yakin bahwa akan lebih tepat untuk mengobati COVID-19. Dan tentu saja, memiliki opsi ini sangat penting dalam situasi saat ini,” katanya.
Tak hanya triazavirin, obat lain yakni favipiravir antivirus buatan Jepang, telah dibuat oleh Institute of Organic Synthesis bersama dengan Institut Zelinsky Kimia Organik di Moskow. Bahkan saaat ini obat tersebut telah diadaptasi untuk memenuhi standar Rusia.
“Sejauh yang saya tahu, obat ini siap untuk diuji di klinik khusus di Rusia,” kata Chekhonin.
Selain itu, obat antivirus lain ialah, fortepren, juga telah lulus uji klinis dan harus dinilai karena kemampuannya untuk mengobati COVID-19.
“Adapun fortepren, telah melewati semua uji klinis, yaitu, bahkan telah diuji pada manusia. Saat ini sedang menunggu pendaftaran, setelah itu dapat diajukan untuk uji coba untuk melihat apakah itu dapat mengobati COVID-19, ”kata Chekhonin.
Menurut dia, menguji kemampuan ketiga obat ini untuk mengobati penyakit coronavirus adalah prioritas utama Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia dan Kementerian Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Rusia.
Chekhonin mencatat, untuk saat ini tiga vaksin koronavirus prospektif sedang dikembangkan di Rusia dengan partisipasi para ahli dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.
“Saya berharap dan saya yakin bahwa pada akhirnya kita akan memiliki vaksin spektrum luas yang efektif sendiri, tidak hanya dari COVID-19, tetapi itu akan, seperti yang saya katakan, mencakup seluruh jajaran infeksi virus corona lainnya,” ujar dia.
Chekhonin menyebutkan bahwa dua vaksin berbasis protein, salah satunya menggunakan protein coronavirus rekombinan.