WASHINGTON – Sejumlah ekonom Amerika Serikat (AS) memprediksi jumlah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap para buruh bakal meningkat diangka 47 juta, ketika negara-negara di seluruh negeri terus melakukan langkah-langkah pencegahan virus coronavirus (COVID-19). Sebab dapat beresiko terhadap bisnis yang ada.
Beberapa waktu lalu, Federal Reserve AS mengungkapkan yang terburuk dari Covid-19 terhadap sisi bisnis yakni penurunan ekonomi Amerika dan tingkat pengangguran.
Ekonom Federal Reserve St. Louis, Missouri, Miguel Faria-e-Castro, menjelaskan pihaknya telah melakukan pengurangan tenaga kerja yang akan mencapai 47 juta pada akhir kuartal kedua 2020, yang berlangsung dari 1 Maret hingga 30 Juni 2020.
“Ini adalah angka yang sangat besar menurut standar historis, tetapi ini adalah kejutan yang agak unik yang tidak seperti yang lainnya dialami oleh ekonomi AS dalam 100 tahun terakhir,” katanya seperti dirilis Guardian, Selasa (31/3/2020).
Faria-e-Castro mencatat, mereka yang dipekerjakan para bidang penjualan, produksi, dan persiapan makanan dan jasa berada pada risiko tertinggi untuk PHK.
Beberapa pekan, Menteri Keuangan, Steve Mnuchin, berbicara dengan CNBC mengklaim, laporan baru tentang jutaan orang Amerika yang menganggur tidak relevan. Perkiraan pada saat itu sekitar 3,28 juta angka pengangguran.
“Sejujurnya, saya pikir angka-angka ini sekarang tidak relevan, apakah mereka lebih besar atau lebih pendek dalam jangka pendek,” katanya.
“Jadi sekarang dengan rencana ini, usaha kecil mudah-mudahan akan dapat mempekerjakan kembali orang-orang tersebut,” Steve menambahkan.
Hal tersebut merujuk pada RUU bantuan yang diusulkan dan telah ditandatangani menjadi undang-undang oleh Presiden AS, Donald Trump.
Diketahui, sejumlah pemerintah kota dan negara bagian telah meningkatkan tindakan pencegahan. New York City, telah menerapkan denda mulai dari 250 dolar AS (Rp4 juta) hingga 500 dolar AS (Rp8 juta) untuk mereka yang ditemukan berkumpul di depan umum.
Disamping, Kepolisian Kota New York juga berpatroliuntuk menegakkan jarak sosial alias social distanting.