JAKARTA – Militer Yunani memiliki rencana untuk menyewa dua unit pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV) dari Israel guna meningkatkan kemampuan pengumpulan intelijen selama konflik ‘dingin’ saat ini dengan Turki.
Ditulis media lokal, Tanea.gr, Selasa (28/4/2020), kesepakatan penyewaan dua pesawat tanpa awak itu telah disepakati sejak dulu. Meski demikian, tidak diketahui kapan drone akan tiba di Yunani atau di mana mereka akan dikerahkan.
“Namun alasan untuk membuat perjanjian sewa, bertentangan dengan pembelian. Untuk memastikan penyebaran cepat selain penghematan biaya,” tulis Tanea.gr.
Angkatan bersenjata Yunani prihatin dengan penggunaan drone Turki di urkey yang telah berkembang seperti di Evros dan Aegean. Padahal Turki memiliki pesawat pengintai dan jet tempur seperti Bayratkar dan Anka.
Oleh karena itu, Angkatan bersenjata Yunani juga sedang mempertimbangkan untuk membeli drone buatan asing dari General Atomics (GA) MQ-9 drone Sky Guardian di Larissa, Yunani.
“Harga yang tinggi. Pembeli drone jadi tertunda,” katanya.
Sebelumnya, pada November 2019, GA telah mengumumkan bahwa Hellenic Air Force (HAF) akan melakukan serangkaian penerbangan demonstrasi pesawat MQ-9 untuk menunjukkan pengawasan dan kemampuan penanggulangan pesawat tak berawak ke negara-negara Eropa.
“Penerbangan akan berbasis di situs HAF di Larissa dan menggunakan MQ-9 Guardian Remotely Piloted Aircraft (RPA) untuk memamerkan kemampuan pengawasan maritim, serta sistem Deteksi dan Hindari (DAA) yang memungkinkan RPA untuk terbang dengan aman di ruang udara sipil bersama pesawat berawak, “kata General Atomics dalam sebuah pernyataan.
Militer Yunani menyebut perlu drone pengintai untuk menemukan konvoi migran lebih awal dan menahan mereka. Selain itu, kedua negara saling berselisih mengenai yurisdiksi maritim dan pengeboran hidrokarbon di laut Aegean.