Iran Peringatkan Donald Trump Agar Tak Ada Gerakan Militer di Teluk Persia

Internasional3 Dilihat

JAKARTA – Pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang menginstruksikan Angkatan Laut Pentagon menghancurkan kapal-kapal perang Iran membuat Presiden Iran, Hassan Rouhani berang.

Dirilis Fars News Agency, Kamis (30/4/2020), Hassan Rouhani memperingatkan Amerika Serikat agar tidak mempersiapkan gerakan militer di Teluk Persia.

“Di sini selalu ada Teluk Persia dan akan tetap menjadi Teluk Persia [selamanya]. AS harus tahu bahwa nama ini adalah Teluk Persia dan bukan Teluk New York dan Teluk Washington,” kata Rouhani.

Hassan menegaskan, Iran berhasil melindungi jalur tersebut selama bertahun-tahun dan akan terus melakukannya.

Juru bicara angkatan bersenjata Iran, Brigadir Jenderal Abolfazl Shekarchi, mengatakan jika pasukan Amerika melakukan tindakan agresi terhadap wilayah Iran atau rakyatnya, Teheran akan memberikan tanggapan yang keras.

“Jika mereka membuat langkah sekecil apa pun dan agresi terhadap perairan teritorial Republik Islam dan kepentingan rakyat kita, mereka akan dibombardir. Karena kita tidak bercanda dengan siapa pun dalam membela negara kita,” ujarnya.

Sebelumnya, pada 15 April, Komando Pusat AS menyebut terdapat 11 kapal Angkatan Laut Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGCN) telah melakukan manuver “berbahaya dan provokatif” di sekitar kapal perang AS di Teluk Persia selama sekitar satu jam. 

Militer Iran mengecam tuduhan itu sebagai “plot Hollywood,” dengan merujuk pada insiden sebelumnya, di mana kapal-kapal AS melakukan dua intersepsi provokatif berturut-turut pada sebuah kapal perang Iran.

Menyusul pernyataan Trump menginstruksikan Angkatan Laut AS untuk menghancurkan setiap kapal Iran, Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif meminta militer AS harus menjauh dari Teluk Persia.

Diketahui, ketegangan antara Washington dan Teheran semakin meningkat pada awal Januari. Apalagi setelah kematian komandan militer Iran, Soleimani. 

Sebagai pembalasan, Iran meluncurkan puluhan rudal di dua pangkalan AS di Baghdad pada 8 Januari, dengan lebih dari 100 tentara AS didiagnosis dengan cedera otak yang sangat parah akibat serangan itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *