JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), mencatat setidaknya 80 anak Indonesia eks ISIS yang kini berada di sejumlah negara seperti Irak, Turki, dan Suriah telah teridentifikasi identitasnya.
“Mereka ada di wilayah berbagai negara, seperti Turki, Irak, Suriah, dan beberapa tempat. Ada 3-4 (negara),” ujar Kepala BNPT, Komjen Pol Boy Rafli Amar seperti dikutip Antara di Jakarta, Kamis (25/6/2020).
Ia menjelaskan, anak-anak tersebut dibawa oleh orang tuany yang telah terpengaruh atas paham dan gerakan ISIS. Karena itu, pihaknya sangat terbantu dengan sistem data kependudukan dan catatan sipil (dikdukcapil) dalam mengidentifikasi data melalui foto warga yang sempat bergabung dengan ISIS.
“Makanya, sudah sekitar 80 (orang) yang kategorinya anak sudah kita pegang datanya. Mereka di bawah 10 tahun. Anak-anak ini dibawa bapak ibunya berangkat ke sana,” katanya.
Mengenai nasib anak-anak di bawah 10 tahun, Boy mengaku, masih mendiskusikan penyelesaiannya dalam forum internasional, baik dengan negara pemegang otoritas hingga lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Tentunya nanti harus dibicarakan di forum internasional, bagaimana kelanjutan anak-anak ini yang dibawa bapak ibunya berangkat ke sana,” kata dia.
Menurutnya, pemerintah harus mengacu hukum internasional, terutama yang berkaitan dengan nasib anak-anak eks WNI mantan ISIS tersebut. Berdasarkan estimasi data BNPT terdapat kurang lebih 1.500-1.600 orang yang bergabung dengan ISIS dan kini berada di luar negeri secara keseluruhan.
Boy menambahkan, dari pengakuan para korban bujukan ISIS yang kini berada di negara lain, bisa menjadi pembelajaran bahwa dalih ISIS membujuk mereka berjuang atas nama agama dengan berangkat ke luar negeri, ternyata sesuatu yang menyesatkan.
“Mereka hari ini sangat menderita. Ada yang di kamp penawanan, ada yang meninggal dunia. Bahkan, ada anak-anak Indonesia berusia di bawah 10 tahun juga harus mengalami nasib terlunta-lunta,” ujarnya.