POSO – Program Deradikalisasi menjadi salah satu bagian utama dari pencegahan tindak pidana terorisme. Dimana Deradikalisasi merupakan sebuah proses yang terencana, terpadu, sistematis, dan berkesinambungan dengan tujuan menghilangkan atau mengurangi dan membalikkan suatu paham radikal-terorisme yang telah terjadi.
Hal itu dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar, saat melakukan kunjungan dan silaturahmi kepada lima mantan narapidana kasus terorisme yang berada di satu tempat di Desa Poso Pesisir, Kelurahan Tabalu, Kabupaten Poso, Rabu (12/8/2020).
Ia menjelasakan, tantangan deradikalisasi semakin berat karena beberapa faktor, di antaranya pengaruh globalisasi, masifnya penggunaan teknologi informasi, perkembangan radikal-terorisme, hingga adaptasi jaringan terorisme khususnya di Indonesia.
“Beberapa provinsi di Indonesia memiliki catatan aktivitas jaringan terorisme yang cukup panjang, salah satunya di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah,” katanya.
Oleh karena itu, hingga sekarang di Poso masih terdapat mantan narapidana kasus terorisme yang pernah terlibat dalam beberapa aksi terorisme terdahulu. BNPT melalui Subdit Bina Masyarakat pada Direktorat Deradikalisasi di Kedeputian I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi selama ini terus melakukan upaya pembinaan terhadap para mantan napi terorisme (napiter).
“Salah satu upaya pembinaan yakni kegiatan kewirausahaan,” ujar dia.
Dalam kesempatan tersebut, Boy juga meninjau lokasi dan hasil dari kegiatan peternakan yang dilakukan oleh mantan napiter. Disamping memberikan bantuan satu unit motor yang dilengkapi bak terbuka.
“Motor tersebut bisa digunakan bagi kelimanya (eks napiter), untuk mendukung kegiatan operasinal usaha ternak ayam petelur,” katanya.
“Ini diberikan sebagai bantuan program deradikalisasi dari BNPT untuk dimanfaatkan secara bersama-sama, khusus untuk mendukung aktivitas peternakan ayam petelur dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk mendukung pendistribusian logistik,” Boy menambahkan.
Ia menambahkan, program deradikalisasi yang terus diupayakan BNPT agar bisa berkelanjutan. “Semoga bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya dan teman-teman yang melaksanakan ini sukses dan berkah dengan adanya kegiatan menjadi peternak ayam petelur,” ujar dia.
Sementara Direktur Deradikalisasi BNPT, Irfan Idris, menjelaskan pembinaan melalui program deradikalisasi terhadap kelimanya sudah dimulai sejak tahun 2015 lalu.
“Kelimanya mulai merintis usaha ayam petelur itu sejak tahun 2017-2018. Awalnya per orang sebanyak 500 ekor ayam. Lalu meningkat lagi menjadi 1.000 ekor per orang. Sehingga totalnya sekarang ada 5.000 ekor,” kata Irfan.
Salah satu mantan napiter, Arifuddin Lako alias Iin Brur, mengaku sangat senang dan berterima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan BNPT. Dirinya berjanji untuk dapat menjaga keamanan dan perdamaian di Poso.
“Kami mengucapkan terima kasih banyak sudah diberikan bantuan dan sudah di support. Semoga bantuan ini sangat bermanfaat untuk kami dalam pendistribusian logistik maupun untuk produksi.Kami akan menjaga baik-baik apa yang sudah diberikan kepada kami,” kata dia.
Adapun kelima mantan Napiter yaitu, Supriadi alias Upik Pagar, Arifuddin Lako Lako alias Iin Brur, Daeng Pasau, Rafly alias Papa, dan Andang alias Ramdahan.