BANDUNG – Latihan yang mengaplikasikan fungsi pertahanan udara, meliputi detection, identification, tracking, dan destruction serta penembakan malam hari menggunakan meriam maupun rudal, memberikan gambaran tantangan tugas Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) TNI AD dalam pertempuran sebenarnya.
Hal tersebut dikatakan Komandan Latihan, Kolonel Arh Blasius Popylus, saat menyaksikan Latihan Menembak Senjata Berat (Latbakjatrat) Terintegrasi diselenggarakan Pussenarhanud Kodiklat Angkatan Darat (Kodiklatad) di Lapangan Tembak AWR (Air Weapon Range) TNI AU di Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Jumat (18/9/2020).
Menurutnya, beberapa terobosan dan inovasi dalam penyelenggaraan latihan, membawa manfaat positif dan memberi pengalaman berharga bagi para prajurit Arhanud yang terlibat.
Disamping itu, penggunaan aplikasi “Mata Elang” hasil karya Letkol Arh Haris Atmaja (Danyonarhanud 14 Dam IIi/Slw) dalam memonitor kegiatan tengah berlangsung, menjadikan latihan tersebut terasa berbeda dengan sistem pengendalian lainnya.
“Latbakjatrat terintegrasi merupakan sarana yang tepat untuk mengukur hasil pembinaan fungsi utama Pussenarhanud meliputi pembinaan kesenjataan, doktrin, pendidikan, latihan dan litbang,” kata dia.
Oleh sebab itu, perlu perubahan pola berpikir bahwa prajurit tidak hanya sebagai obyek latihan, tetapi sekaligus subyek latihan. Sehingga peran serta aktif seluruh komponen latihan turut membawa andil dalam keberhasilan latihan.
“Selama ini pelaksanaan evaluasi di lapangan hanya berjalan satu arah saja, namun pada latihan kali ini feed back dua arah yang diberikan oleh para pelaku turut membantu kelancaran dan keberhasilan pelaksanan latihan,” ujarnya.
“Mahal atau murahnya biaya latihan tidak dilihat dari besarnya anggaran yang dikeluarkan tetapi dari manfaat yang diperoleh dari organisasi,” Blasius menambahkan.