SLEMAN – Narasi yang mengatakan kejadian teror adalah rekayasa, sebetulnya adalah bagian dari misinformasi atau penyesatan informasi yang dilakukan pihak-pihak tertentu. Apalagi jika misinformasi itu dilakukan dengan memuat potongan video dari Presiden Indonesia keempat Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Hal tersebut dikatakan Koordinator Nasional Jaringan Gus Durian, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid (Alissa Wahid), yang tak lain Putri Gus Dur di Sleman, Sabtu (3/4/2021).
”Yang disampaikan oleh Gus Dur itu konteksnya sangat berbeda dengan kejadian hari ini. Karena pernyataan itu dibuat pada saat rezim lalu yaitu orde baru, dimana kekuatan angkatan bersenjata saat itu memang cukup besar dan banyak catatan ‘rekayasa’ pada saat itu,” ujarnya.
Menurutnya, video Gus Dur yang dipotong sebetulnya berbicara dalam konteks yang sama sekali berbeda dengan aksi terorisme yang terjadi beberapa waktu lalu. Bahkan dalam video aslinya, sebenarnya cukup panjang.
”Panjang lho itu videonya, kenapa yang diambil hanya yang sepotong itu saja. Jadi menurut saya itu misinformasi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu,” kata dia.
Oleh karena itu, jika terkait narasi rekayasa dan lain-lain, Alissa menyebut, apapun yang dilakukan pemerintah dalam konteks ini (penanggulangan terorisme) pasti akan dituduh sebagai Islamophobia, kemudian ada rekayasa, dimana mau menyudutkan kelompok tertentu dan lainnya.
”Karena masih denial (penyangkalan), masih tidak mau mengakui bahwa memang ada kelompok-kelompok ini yang kita seharusnya juga menolak kehadirannya,” ujar dia.
Alissa mengutuk keras aksi teror yang belakangan terjadi di Indonesia. Karenanya, pandangan terorisme adalah bagian dari Islam juga harus ditolak. Sebab Islam tidak direpresentasikan oleh si teroris. Melainkan terorisme muncul karena ideologi kekerasan yang dibawa dan tidak hanya ada di satu agama saja.
”Tetapi kita juga tidak bisa mengingkari bahwa teroris di Makassar, tidak beragama Islam. Karena si pelaku ini mengakui dirinya Islam. Tetapi tafsir yang dia lakukan pada ajaran Islam itulah yang salah,” katanya.
Oleh sebab itu, Alissa berpendapat seharusnya bisa membedakan antara Islam sebagai sebuah agama, dengan terorisme yang menggunakan tafsir yang salah atas nama Islam.
Diketahui dalam unggahan rekaman video tersebut, Gus Dur menduga pelaku bom bunuh diri di Bali pada 2002 adalah dari aparat. Namun semua itu butuh pembuktian.
“Bisa saja pelakunya justru aparat kami sendiri” kata Gus Dur.