PARAPAT – Akhir Maret 2021, dua aksi terorisme terjadi di Indonesia. Pertama bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar dan kedua penyerangan Mabes Polri. Ironisnya, kedua aksi terorisme tersebut dilakukan generasi milenial, dimana ketiga pelaku kelahiran tahun 1995.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar, mengatakan fakta itu membuktikan bahwa generasi milenial adalah sasaran utama penyebaran ideologi terorisme. Diman menjadi sasaran empuk kelompok teroris karena anak muda memiliki semangat belajar tinggi, ingin tahu gagasan baru, dan tidak ada takutnya.
“Dengan penguasaan cyber space atau dunia maya, adik-adik duta damai dunia maya harus menguasai dunia maya. Jangan sampai dunia maya dikuasai konten atau narasi bernafaskan terorisme,” ujarnya pada kegiatan Rakornas Duta Damai Dunia Maya 2021 di Parapat, Sumatera Utara, Senin (5/4/2021) malam.
“Kita harus selamatkan anak muda jangan sampai seperti Lukman atau Dewi (pelaku bom bunuh diri Makassar) atau Aini (pelaku penyerangan Mabes Polri), atau Abdurrahman (pelaku penyerangan kantor polisi di Kalsel) lahir generasi muda seperti mereka lagi. Mereka sudah dirasuki oleh pemikiran sesat yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, kemanusiaan, dan kebaikan,” Boy menambahkan.
Ia menjelaskan, duta damai dunia maya adalah empowering generasi muda Indonesia dalam menghadadapi penyebaran ideologi terorisme dan ideologi radikal intoleran. Karena itu, duta damai dunia maya mengemban tugas luhur untuk mengimplementasikan ideologi Pancasila dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Boy mengajak para duta damai dunia maya dan generasi muda Indonesia mencegah terjadinya berbagai potensi dari ideologi terorisme. Sebab manusia di dunia ini pasti ingin dalam kondisi damai dan bisa mengembangkan rasa cinta kasih, hidup harmoni, karena manusia adalah makhluk sosial sehingga tidak mungkin bisa hidup sendiri.
“Tidak ada di dunia makhluk bisa hidup sendiri. Kita harus jadi satu kesatuan, apalagi di Indonesia yang beragama agama, ras, suku, bahasa, dan lain-lain. Keragaman ini sekaligus potensi yang bisa menimbulkan friksi konflik di tengah masyarakat. Karena itu berbagai hal yang berpotensi memicu konflik itu harus dilawan dan dihilangkan,” katanya.
Duta damai dunia maya tidak hanya melakukan aktivitas menyebarkan perdamaian di dunia maya saja, tetapi juga secara offline alias merangkul berbagai kalangan. Kepala BNPT melihat langkah duta damai dunia maya ini sudah bagus, tetapi harus terus diperluas jangkauannya sampai satu provinsi dan bisa melibatkan lintas sekolah, daerah.
Menurut Boy Rafli, langkah-langkah duta damai adalah sebuah keterampilan yang didasarkan nilai-nilai kepemimpinan. Dengan begitu, para duta damai dunia maya juga diuji kemampuan merangkul berbagai pihak untuk bersatu dalam kebaikan, melawan segala keburukan dalam masyarakat.
“Ideologi terorisme bersifat intoleran, menggunakan kekerasan, menghalalkan segala cara, dan dengan mudah menyalahkan pihak lain yang tidak sejalan. Tentu narasi ini kalau dibangun terus apabila itu diikuti oleh anak muda kita, akhirnya mereka yang dianggap benar,” ujar dia.
Ia menegaskan, aksi terorisme adalah karya dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan menginginkan generasi muda hancur masa depannya. Karena itu, semua pihak harus waspada dan sama-sama bergandeng tangan anak muda dari Sabang sampai Merauke melawan penyebaran ideologi.
“Peristiwa terorisme akhir-akhir ini banyak melibatkan anak muda seperti bom bunuh diri dan penyerangan Mabes Polri kemarin,” katanya.
Kelompok teroris atau radikal intoleran sangat sistematis dalam memanfaatkan dunia maya. Apalagi kebanyakan dunia digital dikuasai kaum milenial. Karenanya manfaatkan itu dengan baik, untuk kepentingan mereka.
“Tugas kita tidak mudah, tapi dengan jejaring di kalangan generasi muda, kita berharap dunia maya yang sudah menjadi ruang publik jangan sampai dikuasai kelompok seperti itu,” kata dia.