BOGOR – Pertemuan dengan para tokoh lintas agama yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK), dilakukan untuk bersama-sama melaksanakan program membangun daya imunitas dan kekebalan bangsa menghadapi berbagai macam virus ancaman, seperti radikalisme.
Hal itu diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar, dalam pertemuan bersama Gugus Tugas Pemuka Agama yang tergabung pada LPOK di Bogor, Jumat (9/4/2021) malam.
“BNPT meyakini, para tokoh yang hadir ini merupakan guru, pencerah, bagi para umat di lingkungan agamanya masing-masing. Tentu menjadi kewajiban bersama menjaga imunitas bangsa dari berbagai pengaruh-pengaruh virus yang membahayakan umat,” ujarnya.
Ia menambahkan, yang menjadi konsentrasi BNPT adalah penyebaran ideologi terorisme, dimana karakteristiknya yaitu intoleran, anti kemanusiaan, memanipulasi teks-teks ajaran agama, termasuk mudah menyalahkan pihak pihak lain yang tidak sejalan dengan pemikirannya, bahkan cenderung melakukan hal-hal bersifat distruktif.
Oleh karena itu, pihaknya melihat bahwa tantangan dan permasalahan bangsa ini tentunya tidak lepas dari pengaruh virus ideologi transnasional tersebut. Olehnya itu, perlu meningkatkan ketahanan bangsa dengan memberikan sebuah edukasi dan pencerahan kepada masyarakat, khususnya dikalangan anak muda.
“Tantangan kita adalah bagaimana yang muda-muda (milenial) ini tidak lagi mudah terpedaya oleh ajaran-ajaran atau doktrin-doktrin yang mengusung ideologi terorisme. Yang mengusung itu pasti jauh lebih senior usianya dibanding mereka yang dijadikan martir bom bunuh diri,” kata dia.
BNPT berusaha membangun kekebalan bangsa dari pengaruh-pengaruh virus tersebut dengan cara memperkuat nilai-nilai kebangsaan. Karena dengan hal tersebut, dapat membentengi anak-anak muda dari ideologi lain yang ditawarkan, sehingga dapat dicegah dan bisa berhenti.
“Untuk itu kami mengajak kepada Gugus Tugas Pemuka Agama yang telah menjadi mitra BNPT, bersama-sama mencegah penyebaran ideologi radikal intoleran tersebut kepada anak-anak muda kita,” katanya.
Sementara Anggota Wantimpres, Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, yang juga hadir dalam kegiatan itu menjelaskan,
BNPT tidak mungkin dapat bekerja sendiri, mencegah penyebaran paham negatif tersebut. Sehingga dengan berkumpulnya para tokoh bertujuan untuk memikirkan generasi penerus bangsa, menjadi pembangun-pembangun bangsa kedepan.
“Persiapan sedini mungkin untuk mampu melawan tantangan umat ke depan,” katanya.
Apabila sudah tertanam dengan baik nilai nasionalisme, maka radikalisme atau apapun tidak mudah masuk atau mempengaruhi para generasi muda, sebab punya benteng yang luar biasa.
“Saya yakin dalam 10 tahun, kalau bangsa kita mempunyai kefanatikan dalam ke-Indonesiaan, ekonomi Indonesia akan maju dan membuat kebanggaan sebagai warga bangsa Indonesia. Tentunya ini menjadi PR bagi kita semuanya kedepan, untuk mencegah pengaruh-pengaruh yang melenturkan nasionalisme,” ujar dia.