Habib Luthfi: Bendera Merah Putih Tak Sekadar Simbol

Nasional3 Dilihat

TANGERANG – Fenomena melunturnya ke-Pancasila-an masyarakat, akibat derasnya aliran masuk ideologi dan gerakan yang bertentangan nilai Pancasila membuat sejumlah pihak ‘gerah’. Padahal, dasar negara tersebut sebagai ideologi bangsa telah lama terbukti mampu merangkul perbedaan dan menghidupkan kerukunan bangsa, mencegah masuknya ideologi-ideologi dan gerakan yang berusaha merampas nilai-nilai dan norma Pancasila sebagai ideologi yang disepakati para pendiri bangsa.

Bahkan ulama-ulama bangsa memiliki peran besar, baik dalam perjuangan kemerdekaan, perumusan Pancasila hingga saat ini para ulama berperan sebagai ujung tombak pemersatu umat di Indonesia.

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) RI, Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, mengatakan dalam  pelantunan lagu kebangsaan Indonesia Raya, secara langsung masyarakat telah berikrar bahwa Indonesia menjadi tanah air dan tumpah darah, sehingga Indonesia adalah tanah air milik semua suku dan golongan.

“Kita telah berikrar ‘Indonesia tanah airku’, buktikan ikrar itu kemanapun kalian (anak bangsa) melangkah, bukan hanya sekedar lagu tapi harus tertanam pada diri kita,” ujarnya pada kegiatan Dialog Kebangsaan Kebhinekaan Penyelamat Bangsa bersama Pimpinan Majelis Tinggi Lintas Agama dan jajaran Forkopimda Provinsi Banten dan Kota Tangerang, di Pendopo Trisna Wijaya, Modern Land, Tangerang, Minggu (26/9/2021).

Menurut dia, ikrar kebangsaan tersebut tertanam pada diri anak cucu generasi bangsa, maka penyakit radikalisme dan intoleransi yang melenceng dari nilai pokok Pancasila tentu tidak akan menjangkiti atau ‘mengobok-obok’ kerukunan negeri.

Tidak hanya itu, Habib Luthfi juga menjelaskan bahwa lambang negara garuda Pancasila,  bendera sang saka Merah Putih juga memiliki makna lain yang harus diketahui oleh para generasi penerus bangsa.

“Bendera merah putih tidak hanya sekedar simbol makna warna merah dan putih, namun lebih dari itu bendera merah putih kita mengandung makna kehormatan, harga diri, dan jati diri bangsa,” kata dia.

Oleh karena itu menghormati bendera Merah Putih memiliki makna yang mendalam sebagai hormat kepada bangsa, menghormati segala sesuatu dan seluruhnya yang ada pada bangsa dengan tidak memandang perbedaan agama, suku, dan ras.

“Sejatinya juga, nasionalisme tanpa sejarah tentunya akan rapuh. Orang yang kuat dalam nasionalisme adalah orang yang mengenal sejarah dan tidak melupakan sejarah. Itu sudah sangat pokok,” katanya.

Dengan tahu dan mengenal sejarah, maka masyarakat akan paham bagaimana para pendahulu bangsa berjuang dan bagaimana mereka mencintai bangsanya. Beranggapan bahwa generasi penerus bangsa haruslah tahu sejarah perjuangan hingga tegaknya Merah Putih di Nusantara agar tidak pula mudah terjerumus pada radikalisme.

“Bagaimana mengatasinya ? Ya dengan cara kita-kita ini (ulama dan tokoh masyarakat) turun kebawah menyentuh masyarakat,” ujar dia.

Selain itu, kurangnya sentuhan pada masyarakat lapisan bawah terhadap wawasan kebangsaaan, maka masyarakat jadi kurang mengenal radikalisme, pluralisme, bagaimana hidup dalam kebhinnekaan dan sebagainya.

Ia menilai, apa yang dilakukan para ulama dalam menyiarkan nilai agama sudah cukup baik, namun tinggal bagaimana para tokoh dan pemuda ikut berperan serta dalam memberikan kontribusinya untuk bangsa Indoenesia.

Ia menganggap, upaya mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara melalui sosialisasi dan menanankan nilai-nilai bukanlah hal mudah, namun perlu adanya kerjasama berbagai lapisan dan haruslah menyentuh masuk kepada masyarakat langsung seperti melibatkan RT/RW setempat, Bupati/Walikota, Camat, Lurah, Kepala Desa maupun tokoh-tokoh di lingkungan setempat.

Habib Luthfi berharap, acara silaturahmi yang diinisiasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kepada para ulama, tokoh, dan lapisan masyarakat perlu kesinambungan. Sebagaiman gerakan dan ideologi radikal terus menerus merongrong negeri, maka mengajarkan dan menguatkan nilai-nilai Pancasila merupakan upaya paling ampuh melawan ideologi yang mengancam negeri.

“Jadi tidak hanya bertempat di sini saja, mungkin bisa sampai ke Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan sebagainya. Tidak boleh berhenti disini saja,” kata Habib Luthfi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *