JAKARTA – Saat memimpin rapat terbatas mengenai PPKM secara virtual, Presiden Joko Widodo (Jokowi), meminta Kepolisian mengusut tuntas permainan karantina. Hal itu diketahui setelah dirinya mendengarkan sejumlah keluhan dari warga asing mengenai proses karantina.
“Disiplin dalam melakukan pengetatan di pintu-pintu masuk dan pelaksanaan proses karantina yang benar dari luar negeri. Saya masih mendengar dan ini saya minta Kapolri untuk mengusut tuntas permainan yang ada di karantina. Sudah, karena saya sudah mendengar dari beberapa orang asing komplain ke saya mengenai ini,” ujarnya seperti diunggah situs Setkab, Selasa (1/2/2022).
Ia menjelaskan, kasus aktif naik 910 persen, dari yang sebelumnya 6.108 kasus di tanggal 9 Januari 2022, kemudian menjadi 61.718 kasus di 30 Januari 2022. Oleh sebab itu, ia meminta agar masyarakat selalu berhati-hati.
“Ini penambahan kasus baru naik 2.248 persen, dari 529 kasus di 9 Januari (2022) menjadi 12.422 kasus di 30 Januari (2022). Sekali lagi, hati-hati kita dalam menyikapi ini. Tapi yang kita patut bersyukur meskipun kasus aktif naik 910 persen, tidak diikuti dengan melonjaknya angka kematian, ini bagus. Meskipun demikian, tetap harus kita harus tetap waspada,” katanya.
Melihat karakteristik Omicron, menurut Jokowi, harus menggunakan pendekatan penanganan yang berbeda. Dimana untuk jangka pendek, harus memperkuat hilir yakni dengan sosialisasi, edukasi yang masif untuk masyarakat yang positif tanpa gejala.
“Untuk melakukan karantina mandiri dengan konsultasi dokter secara mandiri di puskesmas, di faskes atau melalui telemedisin. Dan kemudian stok obat-obatan yang ada di apotek-apotek ini betul-betul harus dikontrol keberadaannya,” ujar dia.
Di bagian hulu, Jokowi meminta dilakukan pencegahan transmisi lokal, terutama di beberapa daerah yang menjadi penyumbang kasus aktif yang terbesar. Disamping juga disiplin protokol kesehatan bersama TNI dan Polri, terutama 3M yang masif dan juga pelacakan kontak erat.
“Betul-betul harus dimonitor dengan ketat, tetapi juga masyarakat ditenangkan dan tidak usah panik, tapi harus tetap waspada,” katanya.
Kemudian, adanya evaluasi untuk pembelajaran tatap muka, utamanya di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten.
“Terkait dengan vaksin. Saya minta terus dipercepat vaksinasi yang (dosis) satu, dua, tetapi juga saya minta vaksinasi booster juga terus dipercepat, utamanya capaian vaksinasi bagi anak 6-11 tahun dan bagi lansia,” kata dia.