JAKARTA – Pembangunan Museum Holocaust Yahudi di Minahasa, Sulawesi Utara, mendapat penolakan keras dari sejumlah pihak. Sebab pembangunan itu dinilai sebagai pelanggaran terhadap Undang-undang Dasar (UUD) 1945, dimana sampai saat ini Indonesia masih menolak normalisasi hubungan dengan Israel.
“Pembangunan Museum Holocaust adalah pelanggaran nyata terhadap UUD dan konstitusi RI yang sampai saat ini masih menolak normalisasi hubungan dengan Israel,” ujar Ketua Lembaga Kerja Sama Internasional dan Hubungan Luar Negeri PP Muhammadiyah, Muhyiddin Junaidi, dalam rilis tertulisnya di Jakarta, Rabu (2/2).
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu, meminta Pemerintah Indonesia segera mengambil tindakan tegas dan menghancurkan bangunan Museum Holocaust tersebut.
“Karena itu bentuk provokatif, tendensius dan menimbulkan kegaduhan baru di tengah masyarakat,” katanya.
Menurut dia, seharusnya yang dibangun bukan Museum Holocaust, melainkan museum kebiadaban dan tindak kekerasan Zionis Israel terhadap bangsa dan rakyat Palestina sejak 1948.
Disamping itu, emerintah sebaliknya membangun museum kebiadaban penjajah Belanda dan komandan militernya Westerling yang telah membunuh pulihan ribu rakyat Indonesia terutama dari Makassar.
“Adalah sangat tepat jika Indonesia membangun museum sejarah kebiadaban Israel terhadap bangsa Palestina di Jakarta sebagai bentuk solidaritas dan dukungan Indonesia atas perjuangan rakyat palestina untuk meraih kemerdekaan dari Zionis yang terus mendapatkan aliran dana tanpa batas dari negara adi daya dan sekutunya,” katanya.
Asal Muasal Pembangunan Museum Holocaust di Sulawesi Utara
Duta Besar Jerman untuk RI, Ina Lepel, mengumumkan pembukaan Museum Holocaust Yahudi yang dibangun di Minahasa, Sulawesi Utara. Hal itu sebagai bentuk peringatan peristiwa genosida.
“Suatu kehormatan berada di Minahasa dan berbicara pada pembukaan Museum Holocaust pada InternationalHolocaustRemembranceDay (27 Jan). Jerman akan selalu mendukung peringatan terhadap ‘pelajaran universal’ ini dan berdiri melawan rasisme, anti-Semitisme, dan segala bentuk intoleransi,” cuit Lepel dalam akun Twitternya, @GermanAmbJaka.
Museum itu dibuka bertepatan dengan Hari Peringatan Holocaust Internasional. Bahkan menjadi satu-satunya Museum Holocaust yang ada di Asia Tenggara. Museum itu dibuka atas inisiatif komunitas Yahudi.
“Museum sejenis ini dibuka untuk pertama kalinya di Asia Tenggara atas inisiatif komunitas Yahudi di sini. Kita harus terus mengingat kejahatan luar biasa yang terjadi dalam holocaust. Jika tidak, kita berisiko mengulangnya lagi. Namun, jika kita ingat, kita bisa menjadi sangat waspada dan langsung bertindak apabila muncul tanda-tanda kebencian rasisme dan anti-semitisme,” katanya.
Lepel menilai museum yang didirikan ini sebagai perkembangan yang sangat baik. Khususnya bagi pemuda untuk proses pembelajaran sejarah.
“Pendirian museum ini merupakan perkembangan yang sangat baik. Khususnya museum akan menyasar anak muda sebagai sebuah pengalaman pembelajaran. Saya sangat senang bisa mengunjungi museum ini,” ujar dia.
1 komentar