Tutup Museum Holocaust Yahudi di Indonesia

Nasional9 Dilihat

JAKARTA – Penolakan atas pembangunan Museum Holocaust Yahudi di Minahasa, Sulawesi Utara, terus dilakukan. Hal karena tidak adanya urgensi antara sejarah Indonesia dengan pembangunan museum tersebut.

Ketua DPP PKS, Bukhori Yusuf, mengatakan Museum Holocaust tidak memiliki relevansi dengan sejarah dan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pihaknya meminta untuk menutup museum yang dibangun di Minahasa, Sulawesi Utara itu.

“Menurut saya museum holocaust tidak memiliki relevansi dengan sejarah dan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tidak penting ada di negeri kita, baiknya ditutup saja,” ujarnya di Jakarta, Rabu (2/2).

Baca Juga :

Jika Pemerintah Indonesia tetap membiarkan pembangunan museum itu, berarti secara tidak langsung mengakui keberadaan bangsa Yahudi.

“Saya kira secara tidak langsung kita mengakui keberadaan bangsa Yahudi dengan kekejamannya di depan mata, berarti kita rela atas pembaiatan terhadap kemanusiaaan dan penjajahan oleh bangsa Yahudi, padahal kita Pancasila anti-penjajahan dan berjanji berantas penjajahan,” katanya.

Sebelumnya, Duta Besar Jerman untuk RI, Ina Lepel, mengumumkan pembukaan Museum Holocaust Yahudi yang dibangun di Minahasa, Sulawesi Utara. Hal itu sebagai bentuk peringatan peristiwa genosida.

“Suatu kehormatan berada di Minahasa dan berbicara pada pembukaan Museum Holocaust pada InternationalHolocaustRemembranceDay (27 Jan). Jerman akan selalu mendukung peringatan terhadap ‘pelajaran universal’ ini dan berdiri melawan rasisme, anti-Semitisme, dan segala bentuk intoleransi,” cuit Lepel dalam akun Twitternya, @GermanAmbJaka.

Museum itu dibuka bertepatan dengan Hari Peringatan Holocaust Internasional. Bahkan menjadi satu-satunya Museum Holocaust yang ada di Asia Tenggara. Museum itu dibuka atas inisiatif komunitas Yahudi.

“Museum sejenis ini dibuka untuk pertama kalinya di Asia Tenggara atas inisiatif komunitas Yahudi di sini. Kita harus terus mengingat kejahatan luar biasa yang terjadi dalam holocaust. Jika tidak, kita berisiko mengulangnya lagi. Namun, jika kita ingat, kita bisa menjadi sangat waspada dan langsung bertindak apabila muncul tanda-tanda kebencian rasisme dan anti-semitisme,” katanya.

Lepel menilai museum yang didirikan ini sebagai perkembangan yang sangat baik. Khususnya bagi pemuda untuk proses pembelajaran sejarah.

“Pendirian museum ini merupakan perkembangan yang sangat baik. Khususnya museum akan menyasar anak muda sebagai sebuah pengalaman pembelajaran. Saya sangat senang bisa mengunjungi museum ini,” ujar dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *