JAYAPURA – Pantas saja teroris Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua sulit untuk diberantas. Tak sedikit pejabat di Papua yang mendukung aksi kelompok teroris tersebut. Mulai dari kepala desa hingga pejabat terindikasi menjadi donatur pergerakan KKB.
Menanggapi hal itu, Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius D Fakhiri, mengatakan ada pejabat pemerintahan yang terindikasi kuat membantu aktivitas Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Hal ini disampaikan Fakhiri ketika ditanya awak media mengenai perkembangan kasus penyanderaan Pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Merthens.
“Kami akan menyasar siapa pun, baik masyarakat maupun pejabat yang mendukung aktivitas Egianus, akan kita tegakan hukumnya,” ujarnya di Mimika, Jayapura, Minggu (30/4/2023).
“Ada beberapa pejabat yang terlibat selama ini membiayai mereka, ini akan kita tegakan hukumnya,” lanjut dia.
Ia menegaskan, proses negosiasi untuk menyelamatkan Kapten Philip masih terus dilakukan, tetapi aksi penegakan hukum akan lebih dikedepankan.
Hal ini dilakukan karena kasus tersebut sudah berjalan lebih dari 60 hari sehingga sudah diperlukan langkah yang lebih tegas untuk menuntaskan kasus tersebut.
“Bahwa waktu kita melakukan negosiasi sudah berjalan cukup lama, ini sudah memakan waktu hampir tiga bulan, tentunya Polri akan melakukan langkah-langkah tegas selain negosiasi” kata Fakhiri.
Sebelumnya, Egianus Kogoya dan kelompoknya melakukan aksi pembakaran pesawat Susi Air di Lapangan Terbang Distrik Paro, Nduga, 7 Februari 2023.
Egianus kemudian menyandera pilot dari pesawat tersebut, yaitu Kapten Philip Mark Mertens (37) yang berkewarganegaraan Selandia Baru.
Setelah Satgas Damai Cartenz masuk ke Distrik Paro pada 14 Februari 2023, dipastikan Egianus dan kelompoknya sudah tidak berada di lokasi tersebut.
Selain itu, wilayah Distrik Paro sudah dalam keadaan kosong karena warganya mengungsi ke Distrik Kenyam.
Kapolda Papua, Irjen Mathius D Fakhiri sempat menyebut, Egianus Kogoya meminta tebusan berupa uang dan senjata api untuk membebaskan Kapten Philip.
Kemudian Egianus diketahui sempat berada di Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, pada akhir Februari 2023.
Di lokasi tersebut, ia diduga membunuh seorang anak kepala kampung yang masih berusia 6 hingga 8 tahun karena ayahnya tidak mau memberi bahan makanan yang diminta Egianus.