BOGOR – Akhlak mulia merupakan puncak pencapaian beragama seorang individu. Dalam konteks bernegara dan berbangsa, akhlak umat sangatlah penting sebagai pondasi dari berbagai tantangan yang mengancam keberlangsungan bangsa.
Demikian dikatakan Wakil Direktur Eksekutif Internasional Conference of Islamic Scholar (ICIS), Khariri Makmun, di Bogor, Rabu (8/12/2021).
“Kita perlu menyadari betul betapa pentingnya pondasi akhlak bagi umat, apalagi kalau dikaitkan dalam keseharian, berkeluarga, dan bernegara. Karena kalau pondasi akhlak ini sudah kuat, maka negara ini akan stabil,” ujarnya.
Menurut dia, berkorelasi kuat antara akhlak dengan perkembangan peradaban manusia, yang nantinya dapat membawa bangsa tersebut menjadi maju dan bersaing dipentas dunia. Dimana negara yang stabil bakal meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat, sehingga membawa kepada kesejahteraan.
Karena itu, dari kesejahteraan tersebut membawa kepada kemajuan dan keunggulan umat, yang membawa pada keunggulan teknologi. “Nanti ujungnya Indonesia sudah mampu berkompetisi dengan negara maju lainnya,” kata dia.
Akhlak merupakan goal dalam beragama, lanjut Khariri, yang mana menjadi ukuran dalam berbagai aspek berkehidupan masyarakat, baik dalam konteks toleransi beragama, bernegara, membangun peradaban, perdamaian dunia, dan memperlakukan lingkungan sekitar dengan baik, sehingga tidak justru menyebabkan kerusakan.
“Individu kalau jauh dari akhlak, dampak yang terjadi adalah kerusakan-kerusakan, penyimpangan, dan ketidaktertiban,” katanya.
Oleh karenanya, manajamen akhlak menjadi kunci penting dalam menjaga bangsa, terlebih saat ini Indonesia menghadapi fenomena, dimana masyarakat sulit membedakan antara konten ‘sampah’ dan mana yang bisa dikonsumsi.
“Masyarakat cenderung mudah terperangkap pada perselisihan yang tidak pokok, bahkan kerap kali mempertanyakan tentang perbedaan di negara yang multicultural ini,” ujar dia.
Nilai ajaran Islam, kata Khairir, harusnya otomatis membawa umat Islam menjadi umat yang hebat. Namun, justru kontradiksi dengan kondisi umat saat ini, yang cenderung belum sampai pada akhlak mulia yang diajarkan agama Islam.
Terkait lunturnya nilai-nilai serta akhlak umat, Khariri menilai hal ini tidak lepas dari pendalaman agama yang belum merata, sehingga masing-masing umat atau bahkan kelompok, memiliki cara mengekspresikan cara beragama yang berbeda pula. Padahal, umat hendaklah menjadi umat yang ’wasathan’ atau moderat.
Ia tak memungkiri kondisi yang terjadi saat ini, munculnya kelompok yang mencoba menggeser pemahaman kearah radikal terorisme. Olehnya itu, perlu diperkuat kelompok moderat dengan mengerahkan seluruh komponennya.
Khariri menilai, kelompok moderat memiliki peran yang besar dalam membangun akhlak mulia melalui ulama-ulamanya. Namun, peran pemerintah melalui kewenangannya dalam membuat peraturan, harusnya dapat menjamin kenyamanan rakyatnya dalam beragama.
”Melalui peraturan yang dibuat pemerintah, tentu harus mampu membuat rakyat nyaman beragama untuk memiliki akhlak yang baik,” ujarnya.