JAYAPURA – Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus Intan Jaya, Papua sudah menyelesaikan investigasi lapangan pada insiden penembakan yang terjadi September 2020 lalu. Dimana salah satu korban adalah Pendeta Yeremias Zanambani, yang tertembak di Intan Jaya 19 September lalu.
Diplomat Senior yang pernah menjadi Duta Besar Indonesia di PBB, Makarim Wibisono, menilai upaya TPGF merupakan strategis pemerintah yang dapat dilihat dari sisi Hak Azasi Manusia (HAM).
Menurutnya, cara penyelesaian seperti itu bakal mampu memperbaiki nama Indonesia di bidang HAM, apalagi tokoh-tokoh yang terlibat di dalam tim tersebut dipercaya publik.
“Masyarakat merasa atau melihat bahwa pelanggaran HAM itu sebagai luka bangsa. Jadi adanya usaha dari pemerintah untuk membentuk TGPF ini, menunjukan itikad dari pemerintah untuk memperjelas masalahnya,” ujar dia.
Pendeta Henok Bagau, Tokoh Agama Intan Jaya, mengatakan upaya pengungkapan fakta dengan membentuk TPGF membuat warga Papua semakin percaya pada pemerintah pusat.
Dalam tim investigasi, Henok mengaku bekerja sama baik dengan unsur TNI, Polri, dan BIN, yang sedikitpun tidak membatasi dirinya untuk bersuara.
“Ini merupakan satu terobosan dalam sejarah masyarakat Papua. Kami melihat bahwa tim yang dibentuk benar-benar independen, tidak berpihak pada siapapun dan sungguh-sungguh mengikuti hati nurani dan fakta yang ada,” katanya.
Selain Henok, Tokoh Papua lainnya yang juga anggota tim TPGF adalah Taha Alhamid. Sekjen Dewan Presidium Papua ini mengaku senang dengan cara kerja dan hasil-hasil yang dicapai oleh tim.
Taha mewakili tokoh Muslim Papua, mengapresiasi unsur TNI di dalam tim, dimana tokoh-tokoh Papua bisa duduk berdampingan dan saling percaya dengan TNI dan Polri.
Senada, Victor Abraham Abaidata, anggota TGPF dari unsur Tokoh Pemuda Papua, menambahkan pendekatan pembangunan terhadap manusia jauh lebih penting. Sehingga apa yang dilakukan TGPF adalah bagian dari pintu masuk untuk memulihkan keadaan Papua dan memulihkan kembali kepercayaan orang Papua terhadap negara.