JAKARTA – Peristiwa Isra Mi’raj merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW. Namun di masa itu, peristiwa tersebut pernah dianggap oleh kafir Quraisy sebagai berita hoaks atau berita yang tidak benar. Karenanya, sudah sepatutnya hikmah Isra Mi’raj adalah agar masyarakat Indonesia menghilangkan arus hoaks.
Demikian dikatakan Wakil Ketua Pembina Pengurus Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PP Perti), Anwar Sanusi, di Jakarta, Kamis (11/3/2021).
“Dengan adanya hikmah Isra Mi’raj, sepatutnya berita-berita yang ada harus disaring terlebih dahulu. Kemudian bila ada sumbernya tidak jelas, harus ditinggalkan,” ujarnya.
Tak hanya hoaks, kata Sanusi, radikalisme negarif pun demikian. Dimana dalam tindakannya tidak ada kasih sayang dan bisa merusak bangsa Indonesia. Olehnya itu, masyarakat harus menebarkan kasih sayang yang baik antar umat beragama. Dimana di dalam Islam ada Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Wathoniyah yang artinya pergaulan antar sesama anak bangsa, baik itu berbeda agama, berbeda suku , berbeda ras dan sebagainya.
“Radikalisme ini banyak sekali definisinya. Tapi disini yang saya maksud radikalisme negatif, yang tidak ada kasih sayang dan bisa merusak bangsa,” kata dia.
Peran para tokoh juga dianggap penting. Karena ulama adalah ‘warosatul anbiya’, artinya para ulama sebagai pewaris para nabi dan rasul, khususnya Nabi Muhammad. Dimana para tokoh harus mengajak masyarakat atau umatnya mengambil hikmah, bahwa Isra Mi’raj adalah nilai-nilai yang penuh kasih sayang.
“Para ulama dan juga para tokoh masyarakat harus bisa menjadi contoh dan panutan,” ujar dia.