JAKARTA – Meski Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 masih lama, namun sejumlah pihak telah mewanti-wanti adanya penggunaan politik identitas. Sebab hal tersebut kerap menjadi salah satu alat politisasi untuk menyerang lawan politiknya.
“Dalam momentum Pemilu 2024, cara mencegah agar politik identitas tidak dijadikan sebagai alat politisasi, saya kira kuncinya ada di politisi, yaitu bagaimana kearifan mereka tidak menjadikan politik identitas sebagai alat untuk memukul lawan,” ujar Pakar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Ahmad Ali Nurdin, di Jakarta, Selasa (25/1).
Oleh karena itu, dirinya meminta para politisi yang mengikutsertakan diri dalam Pemilu 2024 tidak menggunakan politik identitas untuk menarasikan bahwa lawan politiknya memarginalkan atau memojokkan kelompok-kelompok tertentu.
“Tindakan seperti itu akan sangat berbahaya bagi demokrasi di Indonesia dan keberadaan masyarakat yang plural,” kata dia.
“Jangan sampai politik identitas ini dimainkan oleh para politisi demi kepentingan dan kemenangan yang hanya bersifat sesaat itu,” lanjutnya.
Menurut dia, untuk menghalau politik identitas pada Pemilu 2024, maka peran rakyat Indonesia terutama generasi milenial sangat dibutuhkan. Karena itu, generasi milenial perlu memahami politik dan berwawasan kebangsaan yang baik.
Dengan demikian, mereka tidak akan mudah dipengaruhi narasi-narasi politik identitas yang berkemungkinan besar bisa memecah belah persatuan di Indonesia.
“Perlu sekali kaum milenial melek politik dan itu dapat dilakukan oleh partai politik melalui penyediaan sarana pendidikan politik,” ujar dia.