Bela Negara dan Wawasan Kebangsaan, Benteng Kuat Tangkal Virus Radikalisme

Nasional6 Dilihat

MEDAN – Penguatan rasa cinta tanah air, bela negara, dan wawasan kebangsaan, menjadi benteng kuat menangkal penyebaran virus intoleran, radikalisme, dan terorisme. 

Hal itu dikatakan Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Mayjen TNI Nisan Setiadi, saat memberikan Kuliah Umum Dalam Rangka Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Universitas Prima Indonesia (Unpri), Medan, Sumatera Utara, Senin (29/8).

“Adik-adik mahasiswa dan mahasiswi, jangan mudah diadu domba dan dipecah belah oleh virus intoleransi, radikalisme, dan terorisme tersebut. Tingkatkan terus persatuan dan kesatuan, karena Indonesia ini sangat luar biasa,” ujarnya.

Menurutnya, ada empat vaksin yang sangat manjur untuk membentengi generasi muda dari virus-virus tersebut. 

Baca Lagi: BNPT Bentuk Kelompok Rejo Harmoni di Surabaya, Ini Tujuannya

Pertama, NKRI harga mati. Kedua, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai landasan konstitusi. Ketiga ,Pancasila sebagai ideologi bangsa. Keempat, nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika. 

“Ditambah satu lagi yaitu peningkatan moderasi beragama. Jadi kita semua harus bisa menciptakan Indonesia yang tangguh, maju, dan jaya,” kata dia. 

“Jangan mau dipecah belah oleh kepentingan siapapun. Kalian itu saudara, bukan satu darah, bukan satu agama, tapi saudara satu bangsa,” lanjutnya.

Nisan menjelaskan, Indonesia didirikan dengan susah payah dan bisa merdeka, bukan karena pemberian dari penjajah. Namun diperjuangkan para pahlawan bangsa. Bukan hanya harta dan benda, tetapi nyawa.

“Jadi founding fathers kita sudah merebut dan mempertahankan. Sekarang kita tinggal mengisi. Kalau kita yang mengisi tidak benar, nanti negara kita akan tercabik-cabik menjadi negara pecahan. Termasuk oleh ideologi intoleran dan radikalisme yang mau mendirikan Indonesia menjadi negara agama,” katanya.

Ia berharap, melalui kegiatan kuliah umum, para mahasiswa Unpri Medan bisa meningkatkan rasa cinta tanah air, bela bangsa, dan semakin mencintai Indonesia. 

Founding fathers bangsa, kata Nisan, mendirikan negara dengan sangat luar biasa, yakni dengan empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. 

“Kalau kita dulu mendirikan negara berdasarkan agama, mungkin Bali gak mau masuk Indonesia, mungkin Papua tidak mau, Maluku, bahkan mungkin Sumatera Utara (Medan) juga tidak mau,” katanya.

Pancasila itu sangat luar biasa. Ia mencontohkan saat melakukan kunjungan ke Belgia, Belanda, dan Luxembourg. Menurutnya, tiga negara itu dulu satu negara, tetapi mereka pecah akibat perbedaan paham agama.

Ia juga mengaku pernah ke Rusia yang dulu bernama Uni Soviet, pecah karena beda paham agama. Begitu pula dengan Korea Utara dan Korea Selatan.

“Kenapa negara-negara itu pecah? Karena mereka tidak memiliki ideologi yang kuat seperti Pancasila,” ujarnya.

Pancasila adalah ideologi terbaik, dan seluruh anak bangsa harus bersatu melawan ideologi transnasional, terutama ideologi agama, yang ingin menggantikan Pancasila. 

“Agama hanya dijadikan kedok kelompok teroris untuk mewujudkan tujuannya. Mereka menggunakan jubah atau ayat-ayat agama untuk kepentingannya, tapi tidak ada agama apapun yang menghalalkan pembunuhan, kekerasan. Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan menghalalkan darah orang lain mengkafirkan orang lain,” ujar dia.

Selain itu, lanjutnya, penguatan moderasi beragama juga sangat penting. Bagaimana seluruh anak bangsa menjunjung tinggi toleransi. Pemahaman ini harus terus diberikan, khususnya pada para mahasiswa.

Nisan juga memaparkan konsep pentahelix dalam penanggulangan terorisme terorisme oleh BNPT. Konsep ini dikembangkan karena pemerintah, dalam hal ini BNPT tidak bisa sendiri untuk menangani intoleransi, radikalisme, dan terorisme. 

Konsep pentahelix adalah kolaborasi secara multipihak yang melibatkan unsur pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat, komunitas, media hingga pelaku seni.

“Kita pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, harus dibantu semua pihak. Konsep pentahelix semua harus bersatu padu, tidak boleh diserahkan kepada pemerintah saja. Harus ada akademisi, mitra usaha, media dan lain-lain,” katanya.

Sementara, Wakil Rektor III Unpri, Said Rizal, mengatakan kuliah umum ini sangat penting untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para dosen dan mahasiswa, agar bisa membentengi diri dari penyebaran virus radikalisme dan terorisme.

“Kedepapnnya mahasiswa mengetahui cara-cara agar tidak terpapar virus radikalisme dan terorisme,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 komentar