BNPT: Ancaman Kedaulatan Bangsa Tak Pernah Usai

Nasional4 Dilihat

JOMBANG –  Ancaman kedaulatan bangsa tidak pernah usai. Berbagai aksi kekerasan dan teror yang merusak perdamaian dan kerukunan masyarakat masih menjadi potensi yang mengkhawatirkan.

Demikian dikatakan Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Mayjen TNI Nisan Setiadi, SE, dalam sambutannya pada penutpan Workshop dan Pelatihan Santri Melalui Bidang Agama Dan Multimedia Dalam Rangka Pencegahan Paham Radikal Terorisme di Pesantren Tebuireng Jombang, Jumat (17/6).

Ia mengatakan, penyebaran ideologi yang bertentangan dengan falsafah negara selalu muncul di permukaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 

Karena itulah, usaha menjaga kedaulatan bangsa, nilai dan warisan para leluhur harus dilakukan secara bersama-sama dan bersinergi.

Pihaknya dengan kebijakan Pentahelix terus berkomitmen dan konsisten untuk mengajak seluruh komponen masyarakat baik pemerintah, akademisi, komunitas, dunia usaha maupun media.

“Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk sinergi dan kolaborasi BNPT dengan komunitas dari kalangan pesantren khususnya para santri dari generasi muda untuk bersama-sama meneguhkan komitmen kebangsaan dalam menjaga NKRI yang damai, harmoni dan bermartabat,” kata dia.

Baca Lagi: Ketua MPR Minta Hadi Tjahjanto Berantas Mafia Tanah di Indonesia

Nisan menjelaskan, ulama dan pesantren berkontribusi besar dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa. Semangat resolusi jihad yang menggaungkan Hubbul Wathan Minal Iman ini tidak boleh dilupakan dan harus terus diwariskan dan ditanamkan kepada para santri dan masyarakat secara luas. 

Di era kekinian, santri dan generasi muda harus gelorakan jihad kebangsaan dengan mengambil panggung dan mengambil kontestasi narasi di dunia digital untuk jaga kedaulatan NKRI.

“Di Pesantren Tebuireng kita ketahui sebuah prasasti sejarah yang tidak bisa dilupakan oleh bangsa ini, yakni lahirnya resolusi jihad untuk merebut kembali kemerdekaan Indonesia,” ujar Nisan.

Dulu para pendahulu bangsa menggelorakan resolusi jihad, generasi penerus sekarang, terutama para santri harus menggelorakan resolusi jihad kekinian yaitu jihad kebangsaan untuk menjaga kedaulatan NKRI secara terus menerus.

“Resolusi jihad kekinian dengan semangat yang sama harus terus menjadi semangat ibadah dan perjuangan para santri,” katanya.

Ancaman Intoleransi dan Radikalisme di Dunia Maya Meningkat

Ancaman penyebaran paham intoleran, radikalisme, dan terorisme terus meningkat khususnya di dunia maya. Tanpa kenal lelah kelompok ini terus menyebarkan propaganda, provokasi dan hasutan yang bernuansakan intoleransi, segregasi dan nilai yang bertentangan dengan semangat kebangsaan.

Selain itu, kelompok ini seringkali menyuarakan narasi yang membenturkan nilai agama dengan nilai-nilai kebangsaan untuk mempengaruhi generasi muda.

“Di sinilah, saya kira generasi muda dari kalangan pesantren harus mengambil panggung dan berani mengambil ruang dalam kontestasi narasi di dunia digital,” kata dia.

Ia berharap melalui kegiatan pelatihan ini kalangan santri mempunyai kecakapan digital sebagai senjata dalam melawan narasi-narasi keagamaan, yang kerap dieksploitasi dan dimanipulasi untuk kepentingan politik yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Kalangan santri milenial tidak hanya dituntut mampu secara subtansi keagamaan, tetapi harus juga mampu menjawab tantangan kekinian dalam perkembangan teknologi dan informasi.

Dalam kesempatan yang sama Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Halim Mahfudz, mengatakan kerjasama antara pihaknya dengan BNPT adalah guna memberikan pelatihan kepada para santri yang diharapkan memiliki kemampuan memahami, menganalisis konten informasi dan merespon isi pesan.

“Dengan berpegang teguh pada kaidah “Al-Muhafadhotu Alal Qodimis Sholeh Wal Akhdu Bil Jadidil Ashlah (memelihara budaya-budaya klasik yang baik dan mengambil budaya-budaya yang baru yang konstruktif), saya berharap jika nantinya terjadi pelanggaran akhlak, dan pelanggaran toleransi dan kecenderungan radikalisme, para santri muda ini memiliki sense dan kepekaan untuk meluruskan informasi agar tidak menimbulkan kegaduhan, intoleransi dan radikallisme,” katanya.

Gus Lim menjelaskan, para santri harus berjuang melawan kekuatan yang merongrong persatuan dan kesatuan yang dapat merusak generasi muda untuk bisa berbakti dan mengabdi untuk negeri.

“Maka Pesantren Tebuireng mengundang dan mengajak seluruh elemen bangsa khususnya para santri untuk bersatupadu dan berpartisipasi aktif secara terbuka menghadapi ancaman radikalisme, terorisme, dan intoleransi,” kata dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *