Bom Bunuh Diri Adalah Kegiatan Kekufuran

Nasional504 Dilihat

MAKASSAR – Imam Besar Masjid Al-Markaz Al-Islami Makassar, KH. Muammar Muhammad Bakry, mengutuk keras aksi keji bom bunuh diri dilakukan oleh oknum yang mengatasnamakan Islam beberapa waktu lalu.

Dirinya menyebut aksi tindakan tersebut tidaklah sesuai dengan prinsip dan ajaran islam, serta menyebut aksi tersebut merupakan sebuah kekufuran.

“Pada prinsipnya Islam melarang keras apapun alasannya itu melakukan tindakan bom bunuh diri. Dalam beberapa referensi, bahwa orang yang melakukan bom bunuh diri itu adalah kegiatan kekufuran. Jadi matinya mati kafir,” ujarnya di Makassar, Kamis (15/12/2022).

Dirinya melanjutkan, tiada sekalipun pembenaran atas aksi teror bahkan dalam situasi perang sekalipun, Muammar menyebut bahwa Nabi Muhammad SAW pun juga melarang bom bunuh diri. Sedangkan Indonesia merupakan negara dengan kondisi aman, bukan Darul Harb atau negara musuh seperti yang dianggap oleh kelompok radikal.

Pemaknaan jihad, kafir dan thagut yang salah serta mentah, kerap menjadi bekal bagi oknum tertentu untuk melakukan aksi terror. Bahkan, Muammar menilai, kekeliruan penafsiran makna tersebut, tidak lebih adalah sebuah pembajakan agama.

Jika merujuk pada Al-Quran maupun Hadits, maka jihad merupakan suatu kegiatan yang suci. Jelas objeknya, jelas sasarannya dan jelas niatnya.

“Sementara yang melakukan tindakan bom bunuh diri sama sekali tidak jelas musuhnya, targetnya juga tidak jelas dan visinya tentu sudah sangat berbeda jauh dengan nilai-nilai jihad,” kata dia.

Muammar juga menyebut, sebagaimana terorisme yang merupakan extraordinary crime, maka sudah menjadi tanggung jawab bersama seluruh komponen yang ada untuk merangkul dan menyadarkan kembali anak bangsa yang sudah kehilangan jati diri ke-Indonesiaannya akibat terjerat virus ideologi radikal dan terorisme tersebut.

Dirinya melanjutkan, kerjasama seluruh komponen bangsa, termasuk pemerintah dan para tokoh, guna mencegah paham ini kian merisak masuk di tengah masyarakat, sejatinya harus dilakukan dengan simultan secara bottom-up dan top-down.

“Top Down itu kita maksimalkan peran pemerintah. Jadi pihak penguasa ini saya kira memang saatnya untuk melihat kembali, misalnya situs-situs media sosial lainnya yang menjadi propaganda,” katanya.

Tidak sampai disitu, pelibatan terhadap masyarakat dan pelibatan tokoh agama juga dibutuhkan untuk mengisi konten-konten yang moderat, keislaman yang rahmatan lil alamin. Mengisi media sosial dengan nilai-nilai wasatiyah, moderasi beragama juga perlu dilakukan agar semakin masif dibaca oleh masyarakat.

Ia berpesan kepada seluruh lapisan masyarakat, bahwa Indonesia adalah role model dan menjadi negara sebagai hasil pengkiasan para ulama dengan negara Madinah yang dibangun oleh Nabi Muhammad. Sehingga Pancasila dan kebhinekaan itu sangat relevan dengan nilai-nilai yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW ketika membangun state di Madinah.

“Jadi Pancasila adalah jihad para ulama untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan ideologi Pancasila, sesungguhnya sangat Islami sehingga tidak perlu lagi kita mencari model-model yang lain, yang sampai mendistorsi nilai-nilai Islam sendiri,” kata Muammar mengakhiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *