Cegah Radikal Terorisme di NTT, BNPT RI Gelar Camping Keberagaman

Nasional1052 Dilihat

KUPANG – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Nusa Tenggara Timur menggelar Camping keberagaman ‘berkolaborasi untuk damai beragama di sekolah’ dalam mencegah radikal dan terorisme, melalui kampanye damai beragama dan pembuatan video bahan ajar melalui FKPT NTT.

Kabag Hukum, Hubungan Masyarakat dan Teknologi Informasi BNPT RI, Kombes Pol Astuti Idris, mengatakan Pancasila menjadi dasar negara yang tidak tergantikan.

Diingatkan bahwa terorisme dilatarbelakangi oleh motif ideologi berawal dari intoleransi menjadi radikal dan anti NKRI serta anti Pancasila.

Menurutnya,  NTT merupakan daerah yang hidup bertoleransi sangat tinggi, namun perkembangan teknologi saat ini berubah dari offline menjadi online, sehingga sangat dibutuhkan peran keluarga untuk ikut mengontrol anak-anak.

“Lakukan berbagai intervensi untuk meniadakan terorisme, karena upaya penanggulangan terorisme bukan hanya dilakukan aparatur tapi butuh kerja sama semua pihak,” ujarnya dikutip dari antaranews.com, Kamis (12/10/2023).

“Kami berharap guru dan orang tua harus bisa mempengaruhi anak-anak untuk hidup bertoleransi sejak dini,” katanya.

Ia menambahkan, guru memiliki peranan penting melakukan literasi media bagi para siswa di lembaga pendidikan, sehingga BNPT mendorong simpul-simpul pendidikan menjadi agen perdamaian dan bisa melawan terorisme.

Sementara Ketua FKPT NTT, Yohanes Oktavianus, menjelaskan guru sebagai pemegang kendali, perlu untuk mengarahkan anak-anak agar tidak murtad dan tidak berkhianat pada pancasila.

Oleh karena itu, lanjut Oktavianus, salah satu upaya pencegahan dilakukan FKPT NTT adalah dengan camping keberagaman, yang merupakan metode dan model pendidikan keberagaman, karena agama rawan pada radikalisme sehingga perlu pencegahan.

Menurutnya, di wilayah NTT masih relatif aman, tetapi jika tidak memproteksi diri maka sangat rawan dipengaruhi, untuk itu anak-anak perlu dididik agar memiliki wawasan kebangsaan, karena salah mendidik maka akan berdampak buruk.

“Camping sasarannya adalah sekolah sehingga hasilnya harus memberi dampak,” kata dia.

Sekadar diketahui, kegiatan camping keberagaman tersebut diikuti para guru TK hingga SMA/SMK di Kupang. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *