JAKARTA – Lingkungan pedesaan yang guyub dan harmonis seringkali dianggap sebagai lingkungan yang relatif aman dan terlindungi dari ancaman-ancaman ideologi kekerasan. Padahal, faktanya di lingkungan pedesaan ideologi kekerasan radikalisme terorisme dapat menyebar dan berkembang.
Desa pun kerap menjadi target potensial bagi jaringan teroris untuk mencari tempat merencanakan serangan, melakukan perekrutan anggota, perencanaan aksi, hingga pelatihan.
Dalam menghadapi fenomena tersebut, Kepala Sub Direktorat Kesiapsiagaan dan Pengendalian Krisis Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI), Kolonel (Inf) Indra Gunawan, menjelaskan BNPT tengah menggarap program Desa Siapsiaga dengan melibatkan kementerian/lembaga, tokoh – tokoh daerah, unsur pendukung wilayah, mitra deradikalisasi hingga penyintas.
Program ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat desa akan masuknya pengaruh ideologi kekerasan ke desa mereka.
“Paham radikal terorisme benar-benar ada. Perlu kiranya ada program yang tepat sasaran (Program Desa Siapsiaga) untuk menjawab pertanyaan bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat,” ujarnya dalam Kegiatan Rapat Koordinasi Penyiapan Unsur Pendukung Wilayah pada Program Desa Siapsiaga pada 23 – 25 Mei 2023 di Jakarta.
Dirinya juga menambahkan serangakaian pemahaman yang diberikan diharapkan menghasilkan outcome peningkatan kesadaran masyarakat desa terhadap kesiapsiagaan nasional.
“Pemahaman-pemahaman yang kita berikan ke masyarakat diharapkan akan memunculkan kepedulian dan kesadaran. Jadi yang takut jadi berani, apatis jadi peduli, yang peduli dapat mempengaruhi tetangga yang lain,” kata dia.
Menurut Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT RI, Irjen Pol. Ibnu Suhaendra, wilayah desa juga potensial dijadikan untuk memperluas jaringan dan merekrut anggota teroris.
“Serangan – serangan teror itu meeting placenya biasanya kos – kosan, kontrakan di wilayah desa, kemudian mengembangkan jaringan dan merekrut anggota disitu,” katanya.
Dalam kegiatan tersebut, ada empat wilayah pilot project program Desa Siapsiaga telah ditentukan, yakni Jawa Timur, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Banten.
Banten menjadi wilayah pertama yang akan segera launching pada Juni mendatang. Sebelumnya telah diadakan pula rapat bersama akademisi maupun praktisi untuk menyusun materi program.
Dimulai dari desa, jejaring siapsiaga yang aktif dan berkesinambungan terbentuk. Kedepannya daerah-daerah dapat membentuk desa siaga secara mandiri untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan masyarakat demi terciptanya kesiapsiagaan nasional untuk Indonesia yang harmoni.