Cegah Radikalisme Masuk Kampus, Begini Cara IAIN Parepare

Nasional2626 Dilihat

PAREPARE- Berbagai cara dilakukan untuk mencegah adanya radikalisme di perguruan tinggi, salah satunya melalui kegiatan bedah buku.

Hal itulah yang dilakukan oleh Perpustakaan IAIN Parepare menggelar Bedah Buku Nasional dengan judul buku “Radikalisme di Media Sosial” dengan menghadirkan langsung penulis buku, Mohammad Nuruzzaman, yang juga sebagai staf khusus Menteri Agama RI bidang toleransi dan pencegahan radikalisme.

Dikutip dari Pijarnews.com, Selasa (26/9/2023), Rektor IAIN Parepare, Hannani, menjelaskan betapa pentingnya bedah buku tersebut digelar, untuk mencegah radikalisme di kampus, karena memang saat ini generasi, khususnya mahasiswa sangat mudah dimasuki oleh kaum adikal, terutama melalui media sosial.

“Berdasarkan hasil riset Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di tahun 2021 sebanyak 85 persen generasi milenial itu mudah terpapar oleh radikalisme,” ujarnya.

Hannani mengatakan, ternyata beberapa masyarakat yang awalnya itu tidak terlalu paham dengan isu-isu radikal, akan mudah terpapar radikalisme karena sering mendapatkan kiriman kiriman yang berbau radikal di media sosial.

Karena itu, ia mengajak kepada seluruh peserta yang hadir untuk bisa menyebarluaskan hasil diskusi bedah buku tersebut.

“Oleh karena itu, kita selalu mendukung kegiatan seperti ini, kampus harus bebas dari paham paham radikal, jadi setelah hasil diskusi bedah buku kita harapkan bisa disebarluaskan khususnya dalam lingkungan kampus IAIN Parepare,” katanya.

Sementara itu, Nuruzzaman saat menyampaikan isi bukunya bahwa buku radikalisme ini menjelaskan bagaimana implikasi penggunaan internet dan media sosial sebagai sarana penyebaran radikalisme, sehingga bisa dikaji upaya-upaya penangkalan radikalisme, baik pada tataran pemikiran dan wacana maupun pada tataran organisasi dan kegiatannya.

“ Proses radikalisasi berlangsung melalui internet dan media sosial, termasuk pengguna Twitter,” kata dia.

Moderasi beragama merupakan konsep yang diharapkan dapat diimplementasikan oleh seluruh umat beragama di Indonesia sehingga tercipta kerukunan intra umat beragama, antar umat beragama dan antar umat beragama dengan pemerintah.

“Moderasi beragama salah satu indikator penting penangkalan radikalisme, indikator moderasi beragama itu yang pertama beragama dan berkomitmen terhadap konsep kebangsaan. Kedua, beragama anti kekerasan. Ketiga, beragama yang toleran, dan terakhir beragama dengan menghargai budaya dan tradisi lokal,” urai Nuruzzaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *