JAKARTA – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) meningkatkan sistem separasi untuk mendorong Indonesia memiliki kemandirian penguasaan teknologi roket, dengan menjalin kerja sama antara Indonesia dengan Cina. Sebuah kesepakatan yang sudah terjalin dan diteken sejak akhir tahun 2019 lalu.
Kepala Pusat Teknologi Roket Lapan, Sutrisno, mengatakan pemerintah Cina sempat menawarkan kerja sama teknologi lain, tapi akhirnya setuju dengan pengembangan bersama roket sonda bertingkat selama lima tahun ke depan.
“Jadi ini bukan beli lisensi, tapi joint development lewat kerja sama antar negara,” ujarnya baru-baru ini.
Kerja sama itu diklaim sangat bermanfaat bagi peneliti roket Indonesia yang disebutnya masih mengembangkan teknologi asal 1960-an.
“Indonesia sangat membutuhkan kerja sama dengan negara lain untuk pengembangan roket,” katanya.
Ia membandingkan, kemampuan roket diameter 450 mm milik Lapan masih berdaya jangkau kurang dari 100 kilometer. Sementara Tiongkok janji memiliki roket dua tingkat dengan diameter yang sama dan mampu terbang sampai 200 kilometer ke batas atmosfer.
Roket berdaya jangkau 200 kilometer, lanjut Sutrisno, dapat digunakan sebagai roket sonda untuk mempelajari karakter di lapisan atmosfer.
Dengan harapan, kemampuannya nanti bisa dikembangkan untuk roket sonda 300 kilometer dan seterusnya, hingga dapat membuat roket peluncur satelit sesuai roadmap teknologi roket yang sudah dibuat tiga tahun lalu untuk 25 tahun ke depan.
Sebelumnya, Deputi Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa Lapan, Rika Andiarti, mengatakan teknologi kunci untuk menguasai teknologi roket menjadi fokus pengembangan.
Teknologi kunci di antaranya menerbangkan roket sejauh mungkin dan seakurat mungkin. “Kita sedang mulai kembangkan teknologi separasi yang nanti muatannya itu sebagai cikal bakal mengorbitkan satelit setelah sampai di luar angkasa diseparasi, dipisahkan nanti satelit yang sebagai muatannya untuk mengorbit,” ujarnya.
Fokus pengembangan teknologi kunci, lanjut Rika, bukan langsung ke roket yang berukuran besar. Pengembangannya dimulai dari roket yang berukuran kecil terlebih dahulu, seperti roket sonda.
Sementara, penguatan teknologi motor roket difokuskan untuk roket bertingkat. Lapan bahkan tengah mencari mitra dari luar negeri untuk bisa melakukan transfer teknologi. Teknologi roket juga diperuntukkan untuk roket yang meluncurkan satelit langsung dari bumi Indonesia pada 2040, sehingga perlu percepatan.
Menurut Rika, ada beberapa negara yang menawarkan kerja sama di bidang roket, seperti Cina dan Ukraina. Akan tetapi pihaknya masih mendalami untuk melihat kesesuaian dengan kebutuhan ke depan.
“Teknologi roket di Indonesia ini ya kita melakukan penguasaan teknologi sendiri secara mandiri, belum pernah kita mendapatkan secara langsung transfer teknologi dari negara lain,” kata dia.