JAKARTA – Pemerintah saat ini fokus mengatasi penyebaran wabah virus corona (Covid-19). Meski demikian, pemerintah juga diminta untuk tetap waspada dan bersikap tegas terhadap ancaman serius lain yaitu radikalisme.
Sekjen Dewan Masjid Indonesia (DMI), Arif Rosyid, mengatakan radikalisme justru tumbuh subur di luar masjid. Karena itu, pihaknya mengimbau seluruh umat Islam agar tak terjebak pada perbedaan-perbedaan yang memecah belah bangsa.
Ia menyebut, sangat disayangkan apabila ada kalangan tertentu memanfaatkan wabah Covid-19 dengan membangun gerakan bernuansa politis yang mengancam kehidupan bernegara, berbangsa, dan beragama.
“Covid-19 justru dijadikan peluang bagi gerakan radikalisme membangun dan memperkuat sentimen negatif atau ketidakpercayaan publik kepada pemerintah,” ujarnya di Jakarta.
“(Mereka) menebar berita-berita hoax terkait kegagalan negara dalam penanganan Covid-19. Ini sangat berbahaya,” Arif menambahkan.
Sementara Direktur Lembaga Kajian Dialektika, Muhammad Khutub, menjelaskan virus corona yang saat menjangkiti seluruh negara, termasuk Indonesia. Karenanya, menjadikan kehidupan keagamaan mengalami tantangan dan perubahan yang sangat ekstrem.
“Kehidupan sosial keagamaan sekarang bergeser tidak lagi face to face melainkan secara virtual,” ujarnya.
Menurutnya, jika pemerintah tak mengambil sikap tegas, bisa jadi wabah Covid-19 dijadikan alat propaganda oleh kalangan tertentu di tengah ketakutan warga terhadap wabah tersebut, yang tidak menginginkan cara-cara damai.
“Maka dari itu, stakeholder yang terkait, perlu mengantisipasi persoalan ini secara aktif,” kata dia.
Sampai saat ini, negara masih belum memiliki sesuatu yang dapat mengatur kehidupan masyarakat dalam beragama. Bhinneka Tunggal Ika hanya menjadi jargon yang tidak bisa di break-down menjadi sebuah sistem tatacara kehidupan bernegara dan beragama.
“Penting bagi kita semua membentengi diri dengan memperbanyak literasi, menyaring segala informasi, menurunkan ego dan emosi, dan menjaga toleransi dalam beragama,” katanya.