MAKASSAR – Intoleransi, radikalisme, dan terorisme masih jadi ancaman laten dan potensil yang tidak bisa dihadapi secara parsial. Tapi butuh keterlibatan multipihak. Dalam kaitan ini, penting pelibatan dai dan daiyah yang langung bersentuhan dengan masyarakat dan umat.
Demikian dikatakan Deputi 1 Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI, Mayjen TNI Nisan Setiadi, pada Sarasehan Dai dan Daiyah Sulawesi Selatan (Sulsel) di Makassar, , Kamis (20/7/2023).
Nisan mengungkapkan, BNPT memiliki tiga strategi pencegahan radikalisme dan terorisme yaitu kesiapsiagaan nasional, kontra radikalisasi, dan deradikalisasi.
Pelibatan dai dan daiyah ini adalah bagian dari strategi kontra radikalisasi yang di dalamnya ada kontra ideologi, kontra narasi, dan kontra propaganda.
Ia menambahkan, dai dan daiyah berperan penting memperkuat imunitas masyarakat agar tidak terpapar virus intoleran, radikalisme, dan terorisme.
Karena itu, dai dan daiyah saat berdakwah bisa menyampaikan islam yang moderat atau wasathiyah, rahmatan lil alamin, dan islam yang akhlakul karimah.
Menurut Nisan, intoleransi, radikalisme, dan terorisme seperti virus Covid-19. Siapa saja bisa terpapar, dimana saja, dan kapan saya.
“Yang terpapar itu tidak harus orang dengan ekonomi lemah, tetapi juga professor, doktor, dokter, TNI, Polri, ASN, dan lain-lain,” katanya.
Nisan menilai, ideologi intoleransi, radikalisme, dan terorisme itu penyebaran lebih membumi dibandingkan dari komunisme.
Pasalnya, radikalisme dan teroirmse menawarkan bahagia dunia dan akhirat dengan mati syahid karena akan masuk surga dan bertemu 70 bidadari. Sedangkan ajaran komunisme hanya menawarkan kebahagian dunia.
“Mereka membajak agama melalui ayat-ayat kitab suci, seolah-olah itu perjuangan jihad dan menghalalkan kekerasan. Mereka itu, sering menyalah tafsirkan masalah agama untuk kepentingan meradikalisasi masyarakat,” ujar dia.
“Untuk itu, dai daiyah perlu memberikan pencerahan dengan islam moderat wasathiyah dan islam rahmatan lil alamain,” lanjutnya.
Pada hakekatnya, kata Nisan, dakwah bertujuan mengajak dan mendorong untuk berbuat kebaikan. Karena itu, dakwah harus dengan cara santun dan baik agar mampu merebut hati rakyat agar selalu konsisten.
“Jangan ada dai dan daiyah dalam dakwah itu memprovokasi, mengadu domba, menjelekkan pemerintah yang ujungnya selesai pengajian, masyarakat malah hatinya panas, dan ingin berbuat melawan pemerintah,” kata dia.
“Jadi peran dai daiyah sangat besar sekali, karena langsung bersentuhan dengan masyarakt dan kelompok di wilayahnya,” tambah Nisan.
Ia yakin tidak ada satu agama di Indonesia yang mengajarkan boleh menyakiti, membuat keonaran, menghalalkan segara cara yang katanya untuk jihad, mengkafirkan orang walapun sama-sama beragama, bahkan satu agama.
Menurutnya, di Indonesia negara yang harus beragama, tapi bukan negara agama. “Kita harus harmoni dalam kebhinekaan. Kita boleh berbeda tapi kita bersaudara,” katanya.
Karena itu, BNPT RI bersama Kementerian Agama (Kemenag), Majelis Ulama Indonesia (MUI), serta ormas islam, penting bekerjasama dan berisinergi dalam meningkatkan kompetensi dai dan daiyah dalam mencegah paham intoleran, radikalisme dan terorisme.
Pasalnya, orang jadi teroris tidak ujug-ujug. Pertama intoleran dulu biasanya mereka inklusif. Lalu meningkat jadi radikal, terakhir jadi teroris dengan melakukan amaliah.
Untuk itu, pencegahan atau deteksi dini sangat penting, terutama melalui elemen dai dan daiyah melalui dakwah moderat. Saat ceramah dai dan daiyah harus sampaikan sesuatu yang sejuk, yang menggugah kerukunan antar umat beragama dan bangsa untuk kepentingan bangsa. Apalagi perbedaan itu sunatullah.
Nisan mengatakan, kegiatan Sarasehan Dai dan Daiyah ini merupakan momentum memperat tali silaturahim dan kerjasama BNPT dengan multipihak atau pentahelix yaitu dengan pemerintah, akademisi swasta, media, dan organisasi masyarakat seperti dai dan daiyah.
“Saya ucapkan terima kasih kepada instansi pemerintah dan organisasi keagaaman dengan sinergi pencegahan intoleransi, radikalisme, dan terorisme,” ujar dia.
Dai dan Daiyah Diharapkan Aktif Memberikan Edukasi Bahaya Intoleransi
Ia berharap, dai dan daiyah terlibat aktif memberikan edukasi dan pencerahan kepada masyarakat agar tidak terpapar intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
Dalam kesempatan itu, Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, memberikan apresiasi tinggi dengan kegiatan ini.
Menurutnya, ini upaya yang sangat bagus dilakukan BNPT dalam memperkuat upaya pencegahan intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
“Saya ucapkan selamat kepada BNPT mampu menghimpun dan mengumpulkan penguasa-penguasa mimbar di Sulawesi Selatan ini. Saya senang karena materi dan peserta kegiatan ini sangat luar biasa. Ini orang pintarnya Sulawesi Selatan berkumpul di sini. Ini prestasi tersendiri bagi BNPT,” katanya.
Ia berharap, di tempat lain juga BNPT bisa menciptakan kegiatan dengan merangkul para dai dan daiyah. Menurutnya sangat penting memberikan informasi-informasi pencegahan radikalisme dan terorisme kepada para dai dan daiyah.
“Semoga ke depan BNPT terus menemukan cara terbaik untuk menyelamatkan warga bangsa dan umat dari berbagai macam aspek-aspek negatif daripada radikalisme dan terorisme,” ujar dia.