Diduga Beban Kerja Berat, Karyawan Ini Meninggal Dunia

Internasional823 Dilihat

JAKARTA – Anna Sebastian Perayil (26 thn), seorang karyawan firma konsultan multinasional Ernst & Young (EY) di India meninggal dunia, diduga akibat dibebani dengan pekerjaan yang sangat berat saat baru diterima kerja di perusahaan.

Dikutip dari Hindustan Times, Minggu (22/9/2024), kejadian ini terungkap melalui surat yang ditulis oleh ibu kandung karyawan. Menurut surat yang diberikan kepada ibunya, Anita Augustine, Anna ternyata baru empat bulan bergabung dengan EY sebagai akuntan.

Menurut sang ibu, Anna bergabung dengan EY pada 19 Maret 2024. Lalu, ia meninggal dunia pada 20 Juli 2024 alias dalam empat bulan setelah bekerja di perusahaan.

Dalam suratnya, ibu Anna mengklaim bahwa EY adalah perusahaan pertama bagi karier Anna dan ia sangat senang karena dapat bergabung dengan perusahaan tersebut. Namun hanya dalam waktu empat bulan, Anna menyerah dengan “beban kerja yang sangat berat”.

Baca Juga: Piot Susi Air Bebas, Benarkan TNI-Polri Beri Uang ke OPM?

Anita menambahkan, Anna selalu bekerja hingga larut malam, selalu pulang dalam keadaan super lelah hampir setiap hari, dan dibebani dengan pekerjaan yang sangat berat sebagai karyawan baru.

“Anna adalah siswa berprestasi di sekolah dan perguruan tinggi, unggul dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan lulus ujian CA dengan pujian. Dia bekerja tanpa lelah di EY hingga mengerahkan seluruh kemampuannya untuk memenuhi tuntutan yang diberikan kepadanya,” kata Anita dalam surat yang diberikan kepada pimpinan EY.

“Namun, beban kerja, lingkungan baru, dan jam kerja yang panjang membebani Anna secara fisik, emosional, dan mental,” sambung Anita.

Dilaporkan, Anna diminta perusahaan untuk tetap bertahan karena ada beberapa karyawan EY yang mengundurkan diri akibat beban kerja yang berlebihan. Bahkan, Anna diminta untuk bertahan demi memulihkan nama baik perusahaan.

“Manajer tim mengatakan kepadanya: ‘Anna, kamu harus tetap tinggal dan mengubah pendapat semua orang tentang tim kita.’ Anak saya tidak menyadari bahwa dia akan membayarnya dengan nyawa,” kata Anita.

Baca Lagi: Tiga Pilar Kewilayahan Diharapkan Jadi Ujung Tombak Penanggulangan Radikal Terorisme

Melalui suratnya, Anita menyebut bahwa perusahaan dan manajernya tidak menunjukkan perhatian kepada karyawan baru yang baru pindah dari kampung halaman dan sedang berjuang untuk beradaptasi di kota baru yang lingkungannya tidak dikenali.

Ia menambahkan, Anna sering mendadak diberi tugas menjelang waktu bekerja hariannya selesai dan diminta untuk bekerja lembur. Tak hanya itu, Anna juga sering bekerja hingga larut malam, termasuk pada akhir pekan.

Beban kerja lainnya yang sering dibebankan kepada Anna adalah rapat sering dijadwal ulang oleh manajernya dan ia menerima tugas tambahan di luar uraian tugas.

“Anna bercerita tentang beban kerja yang sangat berat, terutama tugas-tugas tambahan yang diberikan secara lisan adn di luar pekerjaan resmi,” ungkap Anita.

“Saya sudah mengatakan kepadanya untuk tidak mengambil tugas-tugas seperti itu, tetapi para manajer tidak kenal lelah. Anna bekerja hingga larut malam, bahkan di akhir pekan tanpa ada kesempatan untuk beristirahat,” lanjutnya

Ibunya mengatakan, Anna selalu “dibombardir” dengan pesan terkait pekerjaan bahkan saat ia sudah tertidur sebelum sempat mengganti pakaian.

“Kami menyuruhnya berhenti, tetapi dia ingin belajar dan mendapatkan pengalaman baru. Namun, tekanan yang sangat besar itu terbukti terlalu berat bahkan untuknya,” kata Anita.

Ibu Anna mengaku bahwa tidak ada satupun perwakilan perusahaan yang hadir dalam momen pemakaman Anna, termasuk manajer dan kolega. Anita menyebut, mereka tidak mau menghadiri pemakaman Anna.

“Tidak seorang pun dari EY menghadiri pemakaman Anna. Setelah pemakamannya, saya menghubungi para manajernya, tetapi saya tidak mendapat balasan,” katanya.

“Bagaimana mungkin sebuah perusahaan yang berbicara tentang nilai-nilai dan hak asasi manusia gagal untuk membela salah satu dari mereka di saat-saat terakhir?” tanya Anita.

Anita mengatakan, kematian Anna seharusnya menjadi peringatan bagi EY. Sebab, putrinya yang meninggal mencerminkan budaya yang mengagungkan kerja keras dengan mengorbankan kesehatan.

Setelah surat Anita viral, pihak EY langsung mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa perusahaan menanggapi korespondensi keluarga dengan “keseriusan dan kerendahan hati yang setinggi-tingginya”.

“Kami sangat sedih atas meninggalnya Anna Sebastian yang tragis dan tidak tepat waktu pada Juli 2024. Kami menyampaikan belasungkawa terdalam kepada keluarga yang ditinggalkan,” tulis EY dalam pernyataannya.

Perusahaan tersebut mengatakan bahwa Anna merupakan bagian dari tim Audit di SR Batliboi, firma anggota EY Global, di Pune, India.

“Meskipun tidak ada tindakan yang dapat mengganti kerugian yang dialami oleh keluarga, kami telah memberikan semua bantuan sebagaimana yang selalu kami lakukan di masa-masa sulit seperti ini dan akan terus melakukannya,” kata EY.

“Kami mengutamakan kesejahteraan semua karyawan dan akan terus mencari cara untuk meningkatkan dan menyediakan tempat kerja yang sehat bagi 100 ribu karyawan kami di seluruh firma anggota EY di India,” sambung EY.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *