JAKARTA – Tidak bisa dipungkiri radikal terorisme sebagai ancaman nasional telah melakukan infiltrasi ke berbagai sektor kehidupan masyarakat. Kelompok ini secara cerdas masuk menjadi bagian dari masyarakat, dengan menyalahgunakan berbagai sumber seperti tempat ibadah, lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, lembaga sosial kemasyarakatan hingga ruang-ruang digital.
Oleh karena itu, Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (Ketum PBMA), Embay Mulya Syarief, mengingatkan tentang pentingnya untuk memberikan pemahaman kepada para pengurus Dewan Masjid, DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) untuk menjaga netralitas masjid, agar masjid sebagai tempat ibadah tidak boleh dijadikan panggung politik tertentu apapun.
“Jadi berbicara bagaimana kita merangkul semua, kalau di masjid itu nggak boleh bicara apalagi kalau menjelekkan pemerintah, menjelekkan seseorang itu enggak boleh. Jadi perlu juga semacam ada penyuluhan kepada pengurus-pengurus DKM. Apalagi kalau DKM itu ada di wilayah misalnya BUMN atau instansi pemerintah lainnya, kan itu sangat ironis,” ujarnya di Jakarta, Senin (11/9/2023).
Kyai Embay yang juga menjadi anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Banten tersebut, juga menyampaikan bahwa pengurus masjid agar dapat memberikan pemahaman bahwa Islam yang benar itu yakni Islam adalah agama yang Rahmat untuk sementara alam, bukan rahmatan untuk Muslimin.
“Bahkan Islam juga melarang kita untuk melakukan kekerasan. Bahasa pun kita harus Wakulu linnasi husna,” katakan kepada manusia perkataan terbaik”. Baru setelah itu ada perintah ” Wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta “, dirikan salat dan tunaikan zakat. Tapi diawalnya itu tadi Wakulu linnasi husna. Jadi ini yang kurang dipahami,” katanya.
Dirinya pun menuturkan bahwa memang saat ini dirasa cukup sulit untuk membendung berita-berita dan juga konten-konten yang berasal dari media sosial (medsos).
“Orang orang itu membuat konten agar viral dan kemudian dapat bayaran dia. Kan sekarang begitu kenyataannya. Mendramatisir sesuatu agar viral kemudian dia dapat bayaran. Pemerintah harus berani memblokir konten-konten (ideologi ekstrim) seperti itu.” kata dia.
Karena menurut ulama kelahiran Pandeglang, Banten, 4 Maret 1952 itu, anak muda sekarang dapat dengan mudahnya mendapat informasi-informasi yang disalahgunakan untuk mempengaruhi ideologi ekstrim.
“Kan Islam sendiri juga punya sejarah begini, bagaimana terjadi ketika pembunuhan kepada Amirul Mukminin Utsman bin Affan. Kan itu anak-anak muda yang diberikan pemahaman yang salah tentang Islam. Mereka akhirnya memberontak dan kemudian terjadilah pembunuhan kepada kepala negara. Itu anak-anak muda itu,” ujar Kyai Embay.
Oleh sebab itu menurutnya, anak-anak muda sekarang ini harus dipagari dimulai dari kalangan rumah, masyarakat dan juga dari kalangan pemerintah untuk bersama-sama, karena sekarang sumber penyebaran ideologi ekstrim itu masif melalui medsos.
“Islam mengajarkan dari awal pada keluarga dulu ku anfusakum wa ahlikum, jaga dirimu dan keluargamu. Itu adalah ajaran Islam dimana yang jadi masalah saat ini menurutnya, masih banyak keluarga yang belum memahami itu,” ujarnya.
Menurutnya, kebanyakan sekarang ini masih banyak keluarga kurang menganggap pendidikan agama itu penting. Sehingga kemudian muncul berita seperti anak bunuh orang tua. Orang tua bunuh anak, suami bunuh istri atau istri bunuh suami yang mana menurut Kyai Embay, Itu karena mereka semua tidak paham agama.
“Karena ada survei, bangsa Indonesia yang mayoritas muslim ini, 65% itu buta huruf Al Quran. Artinya tidak paham sama sekali. Padahal Al-Qur’an itu isinya apa sih? kan isinya tentang Akhlak, isinya tentang perilaku. 85% Kandungan isi Al-Qur’an itu isinya adalah tentang akhlak,” ujar Kyai Embay mengakhiri.