JAKARTA – Keluarga dari dua jurnalis Palestina yang tewas karena serangan Israel, mengamuk setelah keduanya dituduh teroris oleh militer negara Zionis.
Kedua keluarga tersebut menolak klaim Israel yang palsu dan direkayasa bahwa mereka adalah teroris.
Hamza Al-Dahdouh, jurnalis Al-Jazeera, dan videographer lepas Mustafa Thuraya, tewas setelah mobil mereka ditembaki di Rafah, Minggu (7/1/2024).
Dikutip dari Kompas, Minggu (14/1/2024), Keluarga Hamza Al-Dahdouh mengungkapkan pembelaannya atas tuduhan Israel bahwa ia adalah teroris.
“Jelas ini adalah upaya Israel untuk memalsukan demi mempertahankan diri mereka serta menjustifikasi yang menargetkan Hamza dan para jurnalis demi mengalihkan isu dari jalurnya untuk membuat mereka terlihat tak menargetkan jurnalis,” ujarnya.
“Israel kini sedang berada di bawah tekanan internasional dan juga dari Pemerintahan Amerika. Israel ingin mengalihkan perhatian dan menciptakan dalih,” tambahnya.
Sementara itu, sepupu Mustafa Thuraya, Mohammed Thuraya menegaskan klaim Pasukan Pertahanan Israel (IDF) itu adalah palsu.
“Ia merupakan pemuda yang ambisius dan profesional yang dikenal di kalangan jurnalis atas pekerjaannya,” katanya.
Ia menambahkan, sepupunya telah menjual foto dan video yang diambil dengan drone ke media lokal dan internasional.
Media Qatar Al-Jazeera, tempat salah satu jurnalis tersebut bekerja juga mengutuk apa yang disebut sebagai usaha palsu dan menyesatkan untuk menjustifikasi pembunuhan kolega mereka.
Al-Jazeera ketika itu mengutuk pembunuhan dari para jurnalis, ketika mereka tengah melakukan tugasnya saat perang Israel dan Hamas.
Mereka juga menuduh Israel telah melakukan target sistematis terhadap keluarga Al-Dahdouh.
Ayah Hamza, Wael Al-Dahdouh merupakan kepala biro jaringan berita Al Jazeera di Gaza.
Sebelumnya, ia sudah kehilangan empat anggota keluarganya, dan Hamza menjadi yang kelima.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada pernyataannya tak lama setelah pembunuhan itu mengatakan telah mengidentifikasi dan menghabisi teroris yang mengoperasikan benda terbang yang menjadi ancaman untuk IDF.
“Kami menyadari adanya laporan dari serangan itu, dua terduga yang berada di dalam kendaraan yang ditembak adalah teroris,” tambah pernyataan IDF.
Namun, Juru Bicara IDF, Daniel Hagari, tampaknya kontradiksi dengan pernyataan tersebut ketika ditanya apakah bukti yang ada mendukung klaim mereka adalah teroris.
“Setiap jurnalis yang tewas sangat disayangnya. Kami mengerti mereka menggunakan drone,” kata Hagari.
“Itu adalah masalah. Mereka menjadi seperti teroris. Jadi kami akan menginvestigasi insiden ini dan akan memberikan data,” tambahnya.